Ragam Efek Media yang Pernah Mempengaruhimu!

Media effect theory merupakan sebuah konsep yang digunakan untuk memahami bagaimana konten media dapat mempengaruhi suatu individu dan masyarakat. Media effect theory juga menunjukkan bahwa paparan media dapat memiliki efek langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) pada sikap, keyakinan, dan perilaku seseorang. Efek yang dihasilkan juga bisa berbentuk positif maupun negatif. Dari sini bisa kita simpulkan bahwa seseorang dapat dipengaruhi oleh pesan yang mereka terima melalui media. Pesan tersebut biasanya disampaikan melalui channel-channel seperti film, radio, televisi, koran, majalah, buku, gim video, situs web, dan musik.

Ada banyak sekali model daripada media effect, inilah beberapa diantaranya:

  1. Agenda setting

Teori agenda-setting menyatakan bahwa media massa lebih menentukan isu-isu yang menjadi perhatian publik daripada pandangan publik itu sendiri. Di bawah teori ini, isu-isu yang mendapat perhatian paling besar dari media dapat menjadi isu-isu yang didiskusikan dan diperdebatkan. Artinya, medialah yang menentukan isu dan cerita apa yang dipikirkan publik. Maka dari itu, ketika media gak terlalu membahas isu tertentu, hal tersebut menjadi terpinggirkan di benak publik.

Contohnya bisa diambil dari bagaimana bisnis besar menumbuhkan suatu citra publik yang menguntungkan. Misalnya Tesla dan Elon Musk yang selalu menjadi sorotan media. Ini adalah salah satu bentuk dari pengaturan agenda. Sejumlah besar cerita media tentang Elon Musk menampilkannya sebagai seorang visioner, wirausahawan pemberi solusi, dan miliarder yang mandiri. Dengan pemberitaan yang fokus pada atribut tertentu dari kepribadiannya yang positif, bisnis yang dia miliki seperti Tesla dan SpaceX dapat terlihat luar biasa.

  1. Symbolic interactionism

Teori media lain yang umum digunakan adalah symbolic interactionism atau interaksionisme simbolik. Teori ini menyatakan bahwa kepribadian diri sendiri berasal dari perkembangan kita melalui interaksi dengan sesama manusia. Ini menandakan bahwa cara kita bertindak terhadap seseorang atau sesuatu akan didasarkan pada makna yang kita miliki terhadap seseorang atau sesuatu itu sendiri. Nah, untuk berkomunikasi secara efektif, orang biasanya menggunakan simbol dengan makna cultural yang sama. Simbol juga bisa terkonstruksi dari apa saja, termasuk barang material, pendidikan, atau bahkan cara orang berbicara. Alhasil, simbol-simbol ini berperan penting dalam pengembangan diri kita.

Salah satu cara media menciptakan dan menggunakan simbol-simbol budaya yaitu dengan mempengaruhi perasaan seseorang melalui iklan. Misalnya, ketika kita melihat seseorang mengendarai BMW, apa yang kita pikirkan tentang orang tersebut? Mungkin menganggap orang itu sukses atau berkuasa karena mobil yang dikendarainya itu. Kepemilikan mobil mewah menandakan keanggotaan dalam kelas sosial ekonomi tertentu. 

Demikian pula perusahaan teknologi Apple telah menggunakan periklanan dan praktik hubungan masyarakat (PR) untuk mencoba menjadi simbol inovasi. Oleh karena itu, penggunaan produk Apple dapat memiliki makna simbolis tentang pemilik produk itu sendiri. Do you think so?

  1. Spiral of silence

Teori spiral kesunyian ini menyatakan bahwa mereka yang memegang opini minoritas akan membungkam diri mereka sendiri untuk mencegah isolasi sosial, dimana peran media massa dalam pembentukan dan pemeliharaan opini terasa lebih dominan. Misalnya, sebelum dan selama Perang Dunia II, banyak orang Jerman yang menentang Adolf Hitler dan kebijakannya; namun mereka membiarkan oposisi mereka diam karena takut akan isolasi dan stigma.

Karena media merupakan salah satu alat pengukur opini publik yang paling penting, teori ini sering digunakan untuk menjelaskan interaksi antara media dan opini publik. Menurut teori spiral of silence ini, jika media menyebarkan opini tertentu, maka opini tersebut akan secara efektif membungkam opini yang berlawanan melalui ilusi konsensus. 

  1. Cultivation analysis

Teori ini menyatakan bahwa paparan media yang berat menyebabkan seorang individu mengembangkan persepsi ilusi tentang realita berdasarkan pesan yang paling berulang dan konsisten dari media tertentu. Berdasarkan teori ini, seseorang yang banyak menonton televisi dapat membentuk gambaran realita yang tidak sesuai dengan kehidupan nyata. 

Misalnya tindakan kekerasan yang ditayangkan di televisi, baik yang dilaporkan di program berita atau yang ditampilkan di drama televisi jauh lebih banyak daripada tindakan kekerasan yang ditemui kebanyakan orang dalam kehidupan sehari-hari mereka. Jadi, seseorang yang banyak menonton televisi mungkin akan melihat dunia ini lebih kejam dan berbahaya daripada yang sebenarnya.

Itu dia penjelasan dari beberapa teori media effect yang ada. Dari sini kita bisa beranggapan bahwa pengaruh dari media sangatlah besar lho. Kita bisa saja mengubah dan menghasilkan opini publik terhadap sesuatu melalui kekuatan media. Maka dari itu, dengan kita yang sudah lebih aware dengan kekuatan media, kita harus menggunakannya dengan lebih bijak ya. 

Ngomong-ngomong tentang teori media, menurutmu teori media effect yang mana nih yang bisa diterapkan dalam mempromosikan sebuah brand di era 21st century ini? Share your thoughts below!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *