Teori Uses and Gratification: Pengertian, Asumsi, dan Contohnya

Playing phone and reading news with coffee and laptop

Apakah kamu suka menonton televisi? Atau kamu lebih memilih media sosial? Kenapa kamu menggunakan media tersebut? Motif masing-masing individu dalam menggunakan media sosial dijelaskan dalam teori uses and gratification.

Teori uses and gratification merupakan salah satu teori efek media massa yang menjelaskan tentang kekuatan dan otoritas pengguna dalam memilih media.

Untuk lebih jelasnya, yuk simak uraian lengkap mengenai apa itu uses and gratification theory beserta asumsi dasar dan contohnya berikut ini!

Apa itu Teori Uses and Gratification?

Dalam teori efek media massa terdahulu, misalnya pada hypodermic needle theory, disebutkan bahwa media memiliki kekuatan besar dalam “menyuntikkan” ideologi tertentu kepada audiens.

Nah, uses and gratification theory muncul sebagai respon atau kritik terhadap gagasan yang mendominasi pandangan komunikasi terhadap media tersebut.

Uses and gratification theory pertama kali dikemukakan oleh Herbert Blumer, Elihu Katz, dan Michael Gurevitch pada tahun 1974.

Teori uses and gratification adalah pendekatan dalam studi komunikasi yang menekankan bahwa audiens merupakan individu aktif dalam pemilihan dan penggunaan media massa.

Akan tetapi, keaktifkan setiap individu berbeda-beda tergantung pada kebutuhan dan tujuan penggunaan suatu media.

Jadi, ketika media menyampaikan pesan tertentu, audiens tidak serta-merta percaya atau terpengaruh. Sebaliknya, audiens merupakan pengguna yang cerdas dan aktif dalam memilih media dan mempercayai suatu informasi.

Lebih lanjut, teori ini juga mengemukakan bahwa media digunakan sebagai alat yang dapat memuaskan kebutuhan pribadi. Jadi, audiens memiliki kontrol penuh atas apa yang mereka konsumsi.

Tak hanya itu, teori ini juga menekankan bahwa penting untuk memahami apa motif di balik penggunaan seseorang terhadap media tertentu, misal apakah untuk mencari informasi atau hiburan.

Pada tahun 2013, S. Shyam Sundar dan Anthony M. Limperos memperkenalkan teori uses & gratification 2.0 yang menjelaskan secara lebih mendalam tentang motif dan gratifikasi audiens dalam mengonsumsi media baru.

Asumsi Dasar Teori Uses and Gratification

Terdapat beberapa sumsi dasar dari teori uses & gratification ini, yaitu:

1. Audiens adalah Pihak yang Aktif Terlibat

Asumsi dasar yang pertama adalah bahwa audiens adalah pihak yang aktif terlibat dalam memilih serta menggunakan suatu media.

Jadi, audiens tidak hanya berperan pasif dalam menerima informasi dari media untuk kemudian mempercayainya, tetapi mereka juga punya kontrol untuk menentukan apa informasi yang dikonsumsi berdasarkan kebutuhan atau keinginannya.

Tak hanya bisa take control atas apa informasi yang dikonsumsi, audiens juga bisa menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin menggunakan suatu media.

Contohnya, kamu bisa memilih untuk menonton channel TV apa pun sesuai yang kamu mau, entah itu SCTV, NET., RCTI, atau Trans TV.

2. Setiap Orang Memiliki Beragam Kebutuhan dan Tujuan saat Memilih Media

Teori U&G ini juga menekankan bahwa setiap orang mempunyai beragam tujuan dan kebutuhannya masing-masing saat akan menggunakan media.

Misal contohnya, saat kamu ingin mengetahui informasi update mengenai kejadian di luar negeri, maka kamu akan mengonsumsi portal berita dari luar negeri.

Atau misalnya, kamu sedang ingin mencari hiburan untuk mengobati rasa lelah setelah bekerja, maka kamu akan memilih untuk menonton drama Korea.

Baca juga: Teori Spiral of Silence: Pengertian, Asumsi, Contoh & Kritik

3. Media dapat Memuaskan Kebutuhan Individu

Asumsi yang satu ini menyatakan bahwa penggunaan media oleh audiens ditunjukkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan individu.

Jadi, saat audiens ingin mencari suatu bentuk kepuasan, media adalah alat yang dapat membantu mereka untuk mencapai tujuan tersebut.

Terdapat beberapa jenis kebutuhan yang biasanya mendorong seseorang untuk menggunakan media, di antaranya:

  • Menambah wawasan atau pengetahuan, misalnya dengan menonton NatGeo
  • Membangkitkan emosi tertentu, misalnya menonton drama Korea dengan genre menyedihkan
  • Mempromosikan citra, reputasi, atau status diri, misalnya menggunakan Instagram sebagai media personal branding
  • Berinteraksi dengan orang lain, misalnya menggunakan WhatsApp untuk berkomunikasi dengan keluarga
  • Sebagai bentuk pengalihan atau penghilang stres di kehidupan nyata, misalnya dengan bermain game online

4. Media Berkompetisi dengan Bentuk Komunikasi Lainnya

Teori ini mengakui bahwa terdapat beragam sumber media berbeda yang dapat dipilih secara aktif oleh audiens, mulai dari TV, radio, hingga internet dan media sosial.

Nah, media yang paling mampu memuaskan kebutuhan seseorang akan digunakan lebih sering daripada jenis media lainnya.

Dengan demikian, berbagai bentuk media akan saling berkompetisi satu sama lain untuk menarik perhatian dan memuaskan kebutuhan audiens.

5. Penilaian tentang Media Hanya dapat Dilakukan Audiens

Asumsi dasar teori uses and gratification yang terakhir adalah bahwa hanya audienslah yang bisa memutuskan mana media yang ingin digunakan untuk memuaskan tujuan dan kebutuhannya.

Ini menandakan bahwa audiens merupakan individu yang memiliki kekuatan dan otoritas untuk menilai mana media dan informasi yang ingin mereka konsumsi.

Selain itu, dalam konteks ini, media tidak menyampaikan pesan dengan makna intrinsik yang tetap. Sebaliknya, nilai dan makna dari suatu pesan media ditentukan oleh bagaimana masing-masing individu memahami dan menafsirkannya.

Jadi, ini menekankan bahwa persepsi dan interpretasi tiap individu akan suatu pesan dari media sangatlah bervariasi. Mereka bisa saja memiliki penafsiran yang berbeda pada suatu pesan yang sama.

Baca juga: Teori Semiotika: Pengertian, Konsep Dasar, dan Contohnya

Contoh Teori Uses and Gratification dalam Kehidupan Sehari-Hari

Uses and gratification theory merupakan teori yang dapat dengan mudah ditemukan dalam berbagai situasi di kehidupan sehari-hari.

Misalnya, di era digital saat ini, ada banyak sekali media sosial bermunculan, mulai dari TikTok, Twitter (X), Instagram, dan Facebook.

Apakah kamu memiliki seluruh media sosial tersebut? Atau hanya salah satunya saja? Tentu, kamu memiliki preferensi sendiri dalam memilih media sosial dan mana yang paling sering dikonsumsi.

Anggaplah kamu memiliki TikTok dan Instagram. Meskipun sama-sama media sosial, keduanya bisa jadi digunakan dalam hal yang berbeda.

Ilustrasi teori uses and gratification
Perbedaan motif dan tujuan pengguna dalam menggunakan media sosial (sumber: themediastudentsblog.wordpress.com)

Kamu mungkin menggunakan media sosial TikTok untuk mencari hiburan berupa video-video yang lucu dan bisa membuat tertawa.

Sementara itu, kamu menggunakan Instagram untuk personal branding atau menunjukkan identitas diri kepada orang lain.

Dari sini, dapat ditarik kesimpulan bahwa kamu memiliki otoritas atau kontrol akan media mana yang kamu konsumsi, serta apa tujuan atau motifmu dalam menggunakan media sosial tersebut.

Namun, bisa jadi orang lain memiliki motif dan tujuan yang berbeda denganmu dalam menggunakan TikTok dan Instagram.

Contohnya, temanmu menggunakan TikTok untuk mencari wawasan tentang diet dan kesehatan. Kemudian, ia menggunakan Instagram untuk melihat update dari idola favoritnya.

Baca juga: 7 Tradisi Komunikasi dan Contohnya, Anak Ilkom Wajib Tahu!

Itulah dia penjelasan lengkap mengenai uses and gratification theory, mulai dari pengertian, asumsi dasar, hingga contohnya dalam kehidupan sehari-hari.

Pada intinya, teori ini menekankan bahwa audiens merupakan suatu entitas yang aktif dalam memilih dan memilah media yang ingin mereka konsumsi.

Jika kamu tertarik membaca artikel lain seputar teori ilmu komunikasi, strategi pemasaran, atau public relation, yuk kunjungi laman web Stories from BRIEFER dan nantikan terus update-nya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *