Teori Spiral of Silence: Pengertian, Asumsi, Contoh & Kritik

Di zaman sekarang ini, efek media massa terutama media digital begitu kuat dalam aspek kehidupan manusia. Media dapat membentuk tren, mengubah perilaku manusia, mengkonstruksi sebuah realita, dan masih banyak lagi.

Salah satu teori terkenal yang membahas efek media adalah spiral of silence theory atau teori spiral keheningan. Apa itu teori spiral of silence? Apa penyebabnya? Lalu, bagaimana contoh teori spiral of silence dalam kehidupan sehari-hari? Simak uraian lengkapnya berikut ini!

Apa itu Teori Spiral of Silence?

Teori spiral of silence pertama kali dicetuskan oleh Elisabeth Noelle-Neumann pada tahun 1970-an. Dalam penelitiannya, ia menyebut bahwa salah satu pengaruh yang dihadirkan media adalah adanya pembentukan opini publik yang akhirnya memicu timbulnya kelompok mayoritas dan minoritas.

Teori spiral of silence adalah fenomena yang terjadi akibat adanya pengaruh media di atas. Jadi, orang-orang yang punya pendapat minoritas cenderung akan diam atau tidak banyak mengeluarkan sudut pandangnya.

Sebaliknya, orang yang memiliki pendapat mayoritas akan cenderung banyak bicara dan menyuarakan pendapatnya.

Asumsi Teori Spiral of Silence

Asumsi utama atau pokok-pokok pemikiran yang ada dalam teori spiral of silence ada tiga, yaitu:

1. Masyarakat Memiliki Kuasa terhadap Kelompok Minoritas Melalui Ancaman Isolasi

Pernahkah kamu melihat ada seseorang yang mengungkapkan opini berbeda dari orang kebanyakan di media sosial, lalu ia mendapat serangan bertubi-tubi?

Nah, itu merupakan salah satu penggambaran untuk asumsi pertama. Dengan kata lain, masyarakat dengan pendapat mayoritas mengancam individu yang menyimpang (memiliki pendapat minoritas) dengan adanya isolasi. 

Alhasil, kelompok minoritas pun akan merasa takut terhadap isolasi yang dilakukan kelompok berkuasa.

2. Adanya Penilaian Iklim Opini Secara Terus Menerus

Rasa takut akan isolasi yang diberikan membuat individu akan menilai iklim opini publik setiap saat. Mereka biasanya melakukan observasi terhadap pendapat publik, lalu menggabungkannya dengan opini mereka sendiri.

3. Opini atau Penilaian Publik Mempengaruhi Perilaku Masyarakat

Seseorang cenderung memilih untuk berkomunikasi jika mereka merasa pendapatnya akan didukung oleh orang lain. Sebaliknya, jika ia merasa tidak ada yang akan setuju dengan pendapatnya, individu tersebut cenderung akan memilih tetap diam.

Dengan kata lain, seseorang akan enggan menyuarakan pendapatnya jika ia memiliki opini yang bertentangan dengan opini mayoritas.

Contoh Kasus Teori Spiral of Silence dalam Kehidupan Sehari-hari

Saat berbincang-bincang dengan teman-temanmu dan membicarakan topik tertentu, kamu pasti pernah sekali-kali memiliki pendapat yang berbeda sendiri bukan? Teman-temanmu berpendapat A, sedangkan kamu berpendapat B.

Lalu, pernahkah kamu akhirnya merasa enggan mengutarakannya atau memilih menyimpannya sendiri karena karena takut dicemooh, ditertawakan, dianggap tidak asyik, atau bahkan diasingkan? Jika iya, fenomena tersebut merupakan contoh teori spiral of silence

Contoh fenomena spiral of silence juga kerap terjadi di media sosial, di mana orang dengan pendapat mayoritas biasanya akan menyerang individu yang memiliki pendapat berbeda atau minoritas.

Kritik terhadap Teori Spiral of Silence

Charles Salmon pada tahun 1985 melontarkan kritiknya pada teori spiral of silence. Ia menyatakan bahwa teori ini tidak bisa mengakomodasi keterlibatan ego seseorang dalam mengeluarkan opininya. Menurutnya, seseorang kadang bersedia mengungkap opininya meskipun berbeda karena munculnya keinginan dalam diri untuk terlibat dalam topik tersebut.

Selain itu, Carroll Glynn pada tahun 1997 juga berpendapat bahwa ketakutan dan keterbatasan mungkin tidak dapat memotivasi seseorang untuk menyuarakan opininya. Ia juga berpendapat bahwa teori spiral of silence terlalu berfokus pada media karena tidak mengakui pengaruh masyarakat atau kelompok sebagai referensi pendapat seseorang.

Dari kedua kritik di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki prinsip dan pendirian yang kuat tidak akan mudah terpengaruh opini publik meskipun itu merupakan opini mayoritas.

Demikian penjelasan lengkap mengenai teori spiral of silence mencakup pengertian, asumsi utama, contoh dalam kehidupan sehari-hari, beserta kritik yang dilontarkan terhadap teori tersebut.

Kekurangan yang ada pada teori spiral of silence tentunya membuka jalan baru bagi para ahli untuk melahirkan teori yang dapat mengakomodasi kekurangan tersebut.

Masih banyak topik menarik lainnya seputar ilmu komunikasi dan insight lainnya disini!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *