Agenda Setting dan News Framing: Apa Perbedaannya?

Pada saat Covid-19 terjadi, kamu pasti mendapati semua pemberitaan di media membahas soal topik ini, bukan? Entah itu media digital, koran, televisi, hingga radio. Tiap harinya, pasti ada berita baru tentang Covid-19 yang muncul, mulai dari kenaikan angka positif Covid-19, kenaikan angka kematian, hingga kemunculan varian baru. Pada saat itu, isu lain selain Covid-19 pun dikesampingkan.

Nah, praktik di atas dapat disebut sebagai penerapan dari Teori Agenda Setting

Ilustrasi yang menggambarkan praktik agenda setting

Teori Agenda Setting pertama kali dicetuskan oleh McCombs dan Shaw pada tahun 1972 melalui jurnalnya yang berjudul “The Agenda-Setting Function of Mass Media.” Teori ini merujuk pada keyakinan bahwa media massa dapat menentukan isu yang paling penting untuk dilihat, diketahui, dan diperhatikan masyarakat. Biasanya, media akan melakukan repetisi dan penonjolan pada isu tertentu yang menjadi agendanya. Wacana yang terbentuk dari agenda setting yang dilakukan media bisa mempengaruhi arah kebijakan pemerintah.

Jika dikaitkan dengan kasus Covid-19, media massa memberitakan isu Covid-19 dengan menekankannya sebagai isu yang paling penting untuk diketahui audiens pada saat itu.

Lantas, Apa Perbedaannya dengan News Framing?

Ilustrasi yang menggambarkan praktik news framing

Berbeda dengan agenda setting, News Framing merujuk pada pembingkaian media pada suatu isu agar dapat menimbulkan makna tertentu. Menurut Alex Sobur (2015), framing adalah teknik penyajian realitas yang tidak dimanipulasi secara keseluruhan, tetapi hanya dibelokkan secara halus dengan menonjolkan sebagian realita atau selektif terhadap realita lain yang ada pada suatu isu. 

Misalnya, dalam memberitakan Covid-19, media akan menentukan dari segi atau sudut pandang mana berita tentang Covid-19 diberitakan, apakah dari sisi bahayanya, jenis-jenisnya, gejalanya, ataukah penyebab kematian yang ditimbulkannya.

Dari sini, dapat disimpulkan bahwa agenda setting berfokus pada isu apa yang diberitakan, sementara news framing berfokus pada bagaimana isu tersebut diberitakan. Dengan kata lain, news framing merupakan perpanjangan atau kelanjutan dari agenda setting.

Mengapa Media Melakukan Praktik Agenda Setting dan News Framing?

Tiap media tentu memiliki kepentingannya sendiri. Akibatnya, media pun hanya mau memberitakan suatu isu dan mengemasnya sesuai dengan kepentingan dan agenda dari media itu sendiri. Umumnya, mereka tidak akan memberitakan suatu isu yang berkebalikan atau tidak sesuai dengan kepentingan mereka.

Selain itu, framing juga umumnya dilakukan media untuk menggiring opini publik terhadap suatu isu agar mereka dapat memandang isu tersebut sesuai dengan yang diinginkan pembuat berita. 

Efek framing media

Biasanya di media sosial, netizen akan berpendapat terhadap suatu isu berdasarkan framing yang dibawa oleh media. Nah, hal inilah yang diinginkan pembuat berita. Misalnya, dalam foto di atas, sebuah media nasional membingkai berita tentang David, seorang remaja yang dipukuli hingga koma dan masuk rumah sakit, dengan menyorot reaksi keluarga David atas kejadian yang dialami David.

News framing dan agenda setting tentu merupakan fenomena yang tidak bisa lepas dari praktik kejurnalistikan. Namun, sesuai dengan elemen jurnalisme menurut Bill Kovach, mereka seharusnya tetap berpihak pada warga dalam menentukan isu dan pembingkaiannya. Lalu, bagaimana kamu melihat praktik news framing dan agenda setting media di Indonesia?