Teori Kultivasi Media Massa: Pengertian, Asumsi, dan Contohnya

man watching tv or movie with popcorn

Salah satu teori efek media yang cukup terkenal di kalangan akademisi di bidang Ilmu Komunikasi adalah teori kultivasi.

Teori ini membahas tentang pengaruh media massa, terutama televisi, dalam jangka waktu yang panjang dan tidak langsung.

Untuk mengenal lebih jauh tentang teori komunikasi massa yang satu ini, yuk simak sampai habis artikel berikut!

Sejarah Teori Kultivasi

Cultivation theory merupakan teori yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh Profesor George Gerbner pada tahun 1969.

Awalnya, ia melakukan riset pada tahun 60-an mengenai Proyek Indikator Budaya yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh televisi terhadap audiensnya.

Jadi, kajian awal mengenai teori ini lebih berfokus pada kajian televisi dan audiensnya, khususnya pada tema kekerasan.

Pada saat itu, muncul dua perdebatan yang umum dimiliki oleh para ilmuwan komunikasi mengenai efek media massa.

Sebagian berpendapat bahwa media massa memiliki pengaruh yang sangat kuat dan bersifat langsung terhadap audiensnya.

Sementara itu, sebagian yang lain meyakini bahwa terhadap keterbatasan mengenai efek media massa terhadap audiens, serta bahwa media massa berdampak secara tidak langsung dan kumulatif (bertahap).

Nah, teori kultivasi muncul untuk menguatkan bahwa efek media massa lebih cenderung bersifat kumulatif dan berdampak pada tataran sosial-budaya dibanding terhadap individu secara langsung.

Lantas, Apa itu Teori Kultivasi?

Teori kultivasi adalah teori yang menjelaskan tentang bagaimana media massa, khususnya televisi, secara jangka panjang dapat memengaruhi persepsi publik terhadap realitas sosial.

Misalnya saja, jika seseorang sering menonton program televisi yang bertema romansa, maka ia akan mempunyai pola pikir bahwa kisah cinta di dunia nyata sama seperti apa yang ditampilkan di televisi.

Asumsi Teori Kultivasi

Asumsi inti dari teori kultivasi adalah media massa memiliki dampak jangka panjang terhadap pembentukan pandangan seseorang terhadap dunia.

Dengan kata lain, paparan yang terus-menerus dari konsumsi terhadap media dapat mengultivasi atau memanamkan pandangan tertentu dalam benak individu.

Diasumsikan juga bahwa televisi merupakan bentuk media massa yang menjadi faktor dominan dalam proses kultivasi yang dimaksud.

Jadi, berdasarkan teori ini, individu yang sering mengonsumsi televisi akan memiliki perspektif yang lebih mirip dengan apa yang digambarkan di televisi, dibanding mereka yang lebih jarang menontonnya.

Pada tahun 1970-an, Gerbner menyempurnakan kembali teori ini memperkenalkan gagasan mainstreaming dan resonasi yang menjelaskan tentang pengaruh media massa.

  • Mainstreaming, terjadi ketika para audiens yang sering menonton televisi dan akhirnya memiliki pandangan yang sangat berbeda, akan mengembangkan pandangan yang homogen tentang dunia. Alhasil, pandangan tersebut menjadi perspektif yang umum karena mereka terpapar oleh pesan yang sama
  • Resonasi, ketika pesan yang diperoleh dari suatu media menjadi sangat berarti bagi seseorang ketika kebetulan sesuai dengan pengalaman hidupnya. Alhasil, efek kultivasi pun menjadi semakin kuat

Contoh Teori Kultivasi dalam Kehidupan Sehari-Hari

Agar kamu semakin paham mengenai apa yang dimaksud dengan teori kultivasi, yuk simak beberapa contoh berikut.

Kasus 1

Topan adalah seseorang yang sangat suka menonton program atau acara televisi yang mempresentasikan tentang kebaikan manusia.

Karena semakin sering terpapar tayangan tersebut, ia pun mulai mengembangkan perspektif mengenai dunia tentang apa yang ia tonton.

Jadi, Topan mulai berpandangan bahwa dunia ini penuh kebaikan dan manusia pada dasarnya merupakan makhluk yang peduli pada sesama.

Kasus 2

Berbeda dengan Topan, Anin lebih suka menonton film atau serial yang bergenre kekerasan atau laga, terutama dengan tema pencurian.

Kebetulan, ia juga aktif bermedia sosial, dan ia sering melihat berita tentang kasus pencurian yang terjadi di Indonesia.

Alhasil, ia pun percaya bahwa dunia ini, terutama di lingkungan sekitarnya, penuh dengan kriminalitas, sehingga ia berpikir untuk tidak mudah percaya dengan orang lain.

Apa yang dapat kita simpulkan?

Kedua contoh kasus teori kultivasi di atas menjelaskan bahwa dengan paparan yang terus-menerus terhadap jenis konten media tertentu, maka seseorang akan mengembangkan perspektif tertentu pula tentang dunia.

Dalam kasus Topan, seringnya terpapar pesan media yang menyoroti kebaikan manusia membuatnya memiliki pandangan yang lebih optimis bahwa dunia dikelilingi oleh orang baik.

Sementara itu, dalam kasus Anin, paparan dari film dan berita mengenai kasus pencurian membuatnya yakin bahwa dunia ini penuh dengan bahaya, sehingga ia harus lebih waspada terhadap orang lain.

Itulah dia penjelasan lengkap mengenai apa itu teori kultivasi, dari mulai sejarah, pengertian, asumsi, hingga contoh kasusnya dalam kehidupan sehari-hari.

Apabila kamu tertarik mempelajari teori komunikasi yang lain, yuk kunjungi laman web Stories from BRIEFER sekarang juga!