Ketika mendengar kata “konser”, apa yang pertama kali kamu bayangkan? Berada di venue di tengah ratusan orang untuk menonton seorang penyanyi bernyanyi di atas panggung, bukan?
Namun, apa jadinya jika kamu menonton pertunjukkan konser melalui layar lebar sembari duduk di tempat duduk bioskop? Nah, inilah yang dinamakan nonton film konser.
Artikel ini akan membahas lebih jauh mengenai fenomena nonton film konser di bioskop. Yuk, simak sampai habis!
Apa itu Film Konser?
Film konser adalah film yang menayangkan pertunjukkan lansung dari penyanyi, musisi, atau stand-up komedian dari sudut pandang penonton konser.
Tidak semua film konser ditayangkan di bioskop. Banyak juga film konser yang dirilis dalam bentuk DVD hingga YouTube Premium.
Meskipun experience-nya berbeda dengan hadir di konser sungguhan, menonton film konser di bioskop cukup diminati karena dianggap lebih fleksibel, nyaman, dan terjangkau.
Sejarah Film Konser
Sebenarnya, film konser sudah ada sejak lama, tepatnya pada tahun 1900-an. Salah satu film konser yang dianggap menjadi pioneer adalah “Adventure in Music” dari Amerika pada tahun 1944.
Sementara itu, film konser Jazz pertama rilis pada tahun 1959 dengan judul “Jazz on A Summer’s Day”. Film ini diproduksi ketika Festival Jazz Newport kelima.
Lebih lanjut, ada juga film untuk konser rock, salah satu yang cukup dikenal adalah “T.A.M.I Show” yang menampilkan The Beach Boys, James Brown, Marvin Gaye, dan The Rolling Stone.
Salah satu konser film yang terkenal datang dari band rock Pink Floyd yang berjudul “Pink Floyd: Live at Pompeii” (1972). Di Film ini, mereka tampil di sebuah amfiteater tanpa adanya penonton.
Baca juga: Faktor Penting yang Mempengaruhi Jalannya Konser dan Musik Festival
Maraknya Tren Film Konser di Bioskop
Mulai tahun 2000-an, film konser pun semakin diminati. Banyak musisi Barat dunia yang membuat film konser, seperti “Justin Bieber: Never Say Never” (2011), “Katy Perry: Part of Me” (2012), “One Direction: This Is Us” (2013), hingga “Coldplay: A Head Full of Dreams” (2018).
Namun, tak hanya musisi Barat, idol Korea juga mulai banyak merilis film konser yang tayang di bioskop, sebut saja Twice, BTS, hingga NCT.
BTS merupakan idol korea yang cukup aktif memproduksi film konser, mulai dari “Burn The Stage: The Movie” (2018), “BTS World Tour: Love Yourself in Seoul” (2019), hingga “Permission to Dance on Stage” (2022).
“Permission to Dance on Stage – Seoul: Live Viewing” adalah film konser idol Korea yang meraih pendapatan terbanyak di bioskop.
Sementara itu, film konser terlaris sepanjang masa dipegang oleh Taylor Swift: The Eras Tour. Film ini mengalahkan rekor yang sebelumnya dipegang oleh “Justin Bieber: Never Say Never” tahun 2011.
“Taylor Swift: The Eras Tour” telah diputar di sekitar 8500 bioskop di lebih dari 102 negara di dunia dan meraih keuntungan sebanyak $231,100,000 (sekitar 3,6 T) per November 2023.
Melihat besarnya keuntungan dan potensi akan film konser, tak heran jika industri musik menjadikan ini sebagai salah satu strategi mereka untuk meraup untung.
Mengulas Fenomena Nonton Film Konser di Bioskop dari Perspektif Komunikasi
Adanya tren maraknya film konser yang tayang di layar lebar tentunya menarik untuk diulas, terutama dari perspektif komunikasi.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, film konser cukup diminati karena dianggap lebih accessible di mata penonton.
Hal ini dapat berdampak pada berubahnya perilaku konsumen, dalam hal ini audiens, untuk menonton konser. Jika semakin masif, maka bisa juga terjadi pergeseran budaya menonton konser.
Adanya film konser yang tayang di layar lebar juga mencerminkan konvergensi media. Dalam hal ini, batasan tradisional antara media mulai dari bioskop, televisi, dan konser langsung semakin kabur.
Fenomena tersebut menjadi contoh bagaimana industri musik berupaya memanfaatkan berbagai platform media untuk menjangkau audiens secara lebih masif.
Jadi, meskipun bukan merupakan pertunjukan langsung, keuntungan yang didapat oleh industri musik tetap bisa berkali lipat.
Meskipun begitu, produksi film konser tidak lebih mudah daripada konser sungguhan. Sebab, proses produksi film konser pun memiliki tantangan tersendiri.
Karena experience yang akan dirasakan penonton berbeda, maka produser film juga perlu berusaha lebih keras untuk menyajikan pengalaman menonton konser yang istimewa.
Misalnya, dalam “Taylor Swift: The Eras Tour”, tim produksi sangat menonjolkan elemen visual yang memanjakan mata, terutama dalam hal properti dan dekorasi.
Baca juga: Rihanna Tidak Dibayar di Pertunjukan Besar? Kok Bisa?
Demikianlah dia ulasan lengkap mengenai fenomena nonton film konser di bioskop.
Jadi, melihat besarnya potensi akan keuntungan yang didapat dari memproduksi film konser, akankah fenomena ini makin masif ke depannya?
Selain itu, apakah dalam beberapa tahun ke depan, penonton akan lebih memilih menonton film konser di bioskop daripada menyaksikannya secara langsung? Menarik untuk kita tunggu.
Nah, jika kamu tertarik membaca ulasan lain seputar industri hiburan dan komunikasi, yuk kunjungi web Stories from BRIEFER!