Manakah yang lebih efektif, Brand Advocate atau Influencer?

Brand Advocate dan Influencer. Meski nampak memiliki fungsi yang sama, keduanya cukup berbeda. Brand Advocate merupakan pelanggan yang menyukai dan memiliki loyalitas tinggi pada brand atau produk kamu. Brand Advocate bisa meliputi pekerja kantoran, ibu rumah tangga, mahasiswa dan siapapun yang pernah mencoba produkmu. Mereka akan mempromosikan secara organik serta mengajak orang lain untuk memakai produkmu melalui word of mouth .

Tidak semua Brand Advocate mempunyai banyak pengikut seperti influencer. Namun, mereka adalah pihak yang memberikan ulasan pengalaman detail sehingga menggambarkan kedekatan dengan brand atau produkmu. Jika ulasannya positif, mereka akan merekomendasikanmu secara berkala kepada orang terdekat yang mampu meningkatan nilai penjualan.

Bagaimana dengan Influencer? Influencer bukan sekadar seseorang yang memiliki jumlah pengikut besar di media sosial, tapi harus mampu mempengaruhi followers mereka untuk ikut mencoba produk yang ditawarkan. Dalam memilih Influencer, kamu harus mempertimbangkan sejumlah aspek misalnya jenis konten media sosialnya, demografi pengikut, personal branding hingga rekam jejak supaya produkmu memperoleh tanggapan yang baik dari khalayak.

Influencer terbagi menjadi 5 kategori sesuai dengan kebutuhanmu yaitu :

1.Nano Influencer

Influencer yang memiliki pengikut antara 1000 hingga 10.000 ini mempunyai spesialisasi konten masing-masing misalnya beauty, kuliner, teknologi, dan lain-lainnya. Keterlibatan audiens dan interaksi dari Nano Influencer cukup tinggi, karena biasanya pengikut mereka adalah kalangan terdekat. Maka dari itu, mereka bisa dipertimbangkan menjadi Brand Advocacy untuk menciptakan percakapan dan pengaruh organik.

2.Micro Influencer

Mempunyai pengikut antara 10.000 hingga 100.000, influencer kalangan ini biasanya berasal dari blogger, fotografer atau mereka yang sebelumnya sudah aktif di ranah media sosial atau tersorot berkat profesinya. Fokus bidang mereka cukup spesifik, jangkauan target marketnya pun lebih luas dengan konten-konten kreatif.

3.Mid-tier Influencer

Karena berpengikut antara 100.000 hingga 500.000, influencer tipe ini kurang memiliki interaksi yang kuat dengan para pengikutnya meski jangkauan marketnya besar dan beragam. Mid-tier cocok banget jika fokus kamu adalah brand awareness atau pengenalan brand.

4.Macro influencer

Influencer berpengikut 500.000 sampai 1.000.000 ini dikenal karena spesifikasi tertentu dan personality mereka dalam membawakan konten sehingga dapat mempengaruhi audiens.

5.Mega influencer

Pengikut influencer jenis ini adalah lebih dari 1 juta, biasanya merupakan selebriti, musisi, aktor hingga aktris. Bekerjasama dengan mereka sudah pasti membuat produkmu dikenal masyarakat dan kamu pun punya kebanggaan tersendiri. Nggak heran jika harga mereka mahal banget.

Lalu, sebaiknya pakai yang mana nih? Baik Brand Advocacy maupun Influencer cukup efektif sesuai kebutuhanmu, Briefee. Brand Advocacy cocok untukmu yang ingin memperkuat loyalitas, kepercayaan dan menarik konsumen baru melalui real experience pelangganmu. Pilihlah Brand Advocacy berdasarkan masing-masing profesi mereka agar tercipta pemerataan informasi.

Sedangkan Influencer cocok buatmu yang masih membangun brand dan perlu memperkenalkan produk kepada publik sehingga butuh jangkauan pasar yang luas. Namun pastikan bahwa Influencer ini mewakili identitas brandmu sehingga mampu menyebarkan narasi pesan brand dan produk.