Kekeliruan Komunikasi Bisa Sebabkan Kecelakaan Pesawat. Kok Bisa?

Di tahun 1997, pesawat Korean Air 801 mengalami kecelakaan dengan menghantam Nimitz Hill, sebuah pegunungan rimbun di Guam. Akibatnya, 228 dari 254 penumpang tewas. Namun ternyata, Korean Air sendiri pernah mengalami rentetan kecelakaan pesawat sejak 20 tahun silam. Pada periode tahun 1988-1998, tingkat kehilangan untuk maskapai penerbangan Korean Air bahkan mencapai 4,79 per juta penerbangan!

Menanggapi catatan buruk tersebut, pada tahun 2000, Korean Air akhirnya melakukan tindakan. Mereka membawa orang asing dari Delta Airlines, David Greenberg, untuk menangani operasi penerbangan di Korean Air. Setelah melakukan riset, David menemukan bahwa akar permasalahan Korean Air sesungguhnya terletak pada kekeliruan komunikasi. Bagaimana bisa?

Pada tahun 1960-an dan 1970-an, seorang psikolog asal Belanda, Geert Hofstede, mengemukakan sebuah gagasan yang dapat menganalisis perbedaan antara satu kebudayaan dan kebudayaan lainnya. Gagasan tersebut kini dikenal dengan “Dimensi Hofstede”. 

Menurutnya, setiap orang memang punya kepribadian yang berbeda, tetapi tiap orang pasti mengikuti kecenderungan, asumsi, dan refleks yang diturunkan secara terus-menerus kepadanya dan masyarakat di sekelilingnya, sehingga menghasilkan berbagai perbedaan yang sangat spesifik. 

Salah satu aspek dalam Dimensi Hofstede adalah “Indeks Jarak kekuasaan (Power Distance Index)”, yang mengukur sikap seseorang dalam menghadapi hierarki atau atasan, terutama mengenai sebesar apa sebuah budaya menghargai nilai dan menghormati pihak yang berwenang. 

Komunikasi budaya negara-negara Barat seperti Amerika cenderung memiliki Indeks Jarak Kekuasaan yang rendah, yang artinya mereka cenderung menganggap dan memperlakukan siapapun setara. Sementara itu, negara-negara Timur seperti Korea Selatan cenderung sebaliknya, dimana mereka sangat menghormati orang lain yang memiliki hierarki atau kuasa yang lebih tinggi. Karena hal tersebut, mereka juga cenderung mengucapkan kata-kata yang diperhalus atau dapat menimbulkan ambiguitas ketika berbicara dengan orang yang mereka segani.

Saat Korean Air 801 berniat mendarat di Guam, cuaca saat itu benar-benar buruk. Langit gelap gulita dan hujan turun dengan lebat, mengakibatkan awak pesawat tidak dapat melihat landasan pacu dengan baik. Namun, sang first officer dan flight engineer tidak bisa mengatakan keadaan cuaca yang sebenarnya pada saat itu kepada sang kapten. 

Sang Kapten pun berpikir pesawatnya dapat mendarat dengan baik. Ground Proximity Warning System memberikan pemberitahuan bahwa pesawat berjarak lima ratus kaki dari tanah. Awak pesawat saat itu berpikir bahwa tanah yang dimaksud berarti landasan pacu, padahal merupakan sisi Nimitz Hill. Namun, landasan pacu masih belum terlihat.

Kebingungan dan kepanikan terjadi di antara mereka. Pada saat itulah first officer dan flight engineer akhirnya berani bicara dan menyuruh sang kapten untuk memutar balik dan melakukan usaha pendaratan ulang. Namun, itu semua sudah terlambat.

Kejadian di atas sebenarnya dapat dihindari jika first officer dan flight engineer memiliki keberanian sejak awal untuk mengatakan pesan dengan jelas kepada sang kapten. Namun, rasa segan mereka kepada orang yang memiliki hierarki lebih tinggilah yang akhirnya membuat mereka bersikap demikian.

Dalam ilmu komunikasi, terdapat model proses yang dapat menggambarkan kejadian tersebut. Bahwa pesan yang disampaikan melalui media (udara) kepada penerima mengalami gangguan (noise) yang dinamakan bias persepsi. Sehingga antara pengirim dan penerima pesan tidak memiliki persamaan kesepahaman terhadap sebuah situasi. 

Model Proses Komunikasi

Sesungguhnya, pesan yang diperhalus merupakan sikap yang baik karena kedua pihak berintensi menghargai lawan bicara. Namun, komunikasi semacam ini akan mengakibatkan noise yang dapat mempengaruhi respon dari penerima pesan. 

Jadi, jika kamu ingin berbicara dengan siapapun, sampaikan pesan dengan jelas, ya, Briefee! Jangan sampai kekeliruan komunikasi mengakibatkan kesalahan fatal setelahnya. 

Kamu juga bisa, loh, berkolaborasi dengan berbagai praktisi berpengalaman di BRIEFER supaya pesan bisnismu lebih jelas, terarah serta sesuai dengan target konsumen Do visit landing.briefer.id for more information.