Apa itu Krisis Perusahaan? – Pengertian, Penyebab, dan Cara Mengatasi

economy cris indicated by arrows

Krisis adalah sesuatu yang wajar dialami perusahaan. Namun, jika tidak diatasi dengan segera, krisis dapat menyebabkan kerugian yang signifikan bagi perusahaan.

Namun sebenarnya, apakah kamu sudah memahami apa itu krisis perusahaan? Selain itu, apa saja faktor yang menjadi pemicunya?

Artikel ini akan memberikan penjelasan yang mendalam mengenai apa itu krisis perusahaan, mencakup pengertian, penyebab, dampak, dan cara mengatasinya. Yuk, simak!

Apa itu Krisis Perusahaan?

Krisis itu adalah situasi atau peristiwa yang tidak terduga dan berpotensi merusak reputasi, kepercayaan, atau kelangsungan suatu organisasi atau individu.

Misalnya, ketika sebuah perusahaan menghadapi tuduhan serius, produk bermasalah, atau ada komentar negatif besar-besaran di media sosial.

Hal ini bisa berdampak pada cara orang melihat perusahaan tersebut. Nah, tugas seorang PR perusahaan adalah membantu menangani situasi tersebut, meredakan dampak buruknya, dan memulihkan kepercayaan publik.

Penting untuk dicatat bahwa krisis bukan hanya soal masalah besar, bahkan hal kecil yang salah ditangani bisa jadi krisis. Itulah kenapa perusahaan harus selalu siap dengan rencana komunikasi yang matang

Penyebab Terjadinya Krisis

Ada beberapa hal yang bisa menjadi faktor pemicu terjadinya krisis perusahaan, yaitu:

1. Faktor Internal (Dari Dalam Perusahaan)

Situasi dari dalam perusahaan juga bisa menimbulkan terjadinya krisis, bahkan jika situasi tersebut merupakan masalah kecil.

Contohnya, kesalahan manajemen seperti pengambilan keputusan yang buruk atau penyalahgunaan dana dapat memicu ketidakpercayaan publik.

Selain itu, masalah pada karyawan, seperti adanya kasus diskriminasi atau pelecehan seksual, sering kali menjadi perhatian serius, terutama jika tidak ditangani dengan cepat dan transparan.

Kegagalan operasional, seperti kesalahan dalam proses produksi atau kecelakaan kerja, juga dapat menciptakan persepsi negatif.

Bahkan, kebocoran data akibat kelalaian atau peretasan bisa mengancam kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.

2. Faktor Eksternal (Dari Luar Perusahaan)

Lingkungan di luar perusahaan juga memiliki potensi besar untuk memicu krisis.

Tekanan publik, misalnya, sering kali muncul dari gerakan sosial atau boikot terhadap kebijakan perusahaan yang dianggap kontroversial.

Media sosial juga berperan besar, karena berita negatif dapat menyebar dengan sangat cepat, bahkan jika itu hanya sebuah rumor.

Selain itu, bencana alam seperti gempa bumi atau banjir bisa mengganggu operasional dan menyebabkan kerugian besar.

Perubahan regulasi yang mendadak dari pemerintah juga bisa mempersulit keberlangsungan bisnis, terutama jika perusahaan tidak siap beradaptasi.

3. Faktor Teknologi

Kemajuan teknologi membawa risiko tersendiri bagi perusahaan. Kegagalan sistem teknologi, seperti website yang tiba-tiba tidak berfungsi atau aplikasi yang bermasalah, dapat mengganggu pengalaman pelanggan.

Cyber attack, seperti peretasan yang mencuri data pelanggan atau merusak sistem, juga menjadi ancaman serius, apalagi jika informasi sensitif tersebar ke publik.

4. Faktor Keuangan

Krisis keuangan sering kali menjadi salah satu penyebab utama keruntuhan dan kebangkrutan sebuah perusahaan apabila tidak ditangani dengan segera.

Misalnya, kesalahan dalam pengelolaan anggaran bisa menyebabkan kebangkrutan dan penurunan nilai saham yang membuat investor kehilangan kepercayaan.

5. Faktor Budaya dan Sosial

Ketidaksensitifan terhadap isu sosial juga dapat memicu reaksi negatif dari masyarakat. Misalnya, kampanye pemasaran yang dianggap menyinggung kelompok gender tertentu dapat berujung pada boikot.

Di sisi lain, pernyataan yang salah atau keliru saat wawancara publik dapat disalahartikan, menciptakan persepsi buruk yang sulit dihapus.

6. Faktor Kompetitor

Persaingan bisnis juga menjadi sumber potensial krisis. Misalnya, jika kompetitor menjalankan kampanye negatif atau menyebarkan informasi palsu tentang perusahaan, ini dapat memengaruhi kepercayaan pelanggan.

Selain itu, inovasi besar dari pesaing yang tidak segera diimbangi dapat membuat perusahaan terlihat usang atau tidak relevan di pasar.

Baca juga: 4 Perbedaan Isu dan Krisis, Anak PR Harus Paham!

Dampak Krisis yang Dialami Perusahaan

Dampak krisis bagi perusahaan bisa sangat luas dan mendalam, tergantung dari jenis dan skala krisisnya. Berikut adalah beberapa dampak utama yang sering terjadi:

  • Rusaknya nama baik perusahaan di mata publik, pelanggan, investor, hingga mitra bisnis
  • Kehilangan kepercayaan dari publik yang akhirnya bisa berdampak pada loyalitas pelanggan dalam jangka panjang
  • Penurunan pendapatan karena banyak pelanggan yang berhenti membeli produk atau jasa perusahaan akibat dari krisis
  • Penurunan nilai saham secara signifikan, sehingga investor pun mulai menjual saham perusahaan yang mereka miliki
  • Gangguan pada proses produksi atau operasional, misalnya karena aksi mogok karyawan akibat isu tertentu
  • Meningkatnya tingkat turnover karyawan, terutama orang-orang yang berbakat yang mungkin memilih keluar karena merasa tidak ada stabilitas dalam perusahaan
  • Adanya kemungkinan kebangkrutan, terutama dalam kasus krisis yang parah dan tidak segera ditangani dengan baik

Cara mengatasi Krisis Perusahaan

Tanggapan yang cepat, tepat, terstruktur, dan transparan adalah hal yang harus dilakukan perusahaan saat krisis terjadi untuk menimalkan dampaknya.

Adapun lebih jelasnya, berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengatasi krisis:

1. Prioritaskan Keselamatan dan Kepentingan Publik

Hal pertama yang harus dipastikan adalah bahwa perusahaan memprioritaskan keselamatan dan kesejahteraan pihak yang terdampak, baik itu karyawan, pelanggan, atau masyarakat luas.

Jika krisis melibatkan risiko keselamatan, misalnya adanya produk berbahaya, tindakan seperti penarikan produk atau penghentian operasional sementara harus dilakukan segera.

2. Bentuk Tim Krisis

Perusahaan harus segera mengaktifkan atau membentuk tim manajemen krisis, yang terdiri dari perwakilan dari berbagai fungsi penting, seperti departemen komunikasi, hukum, operasional, dan eksekutif senior.

Tim ini bertugas menganalisis situasi, menentukan langkah strategis, dan memastikan semua tindakan sesuai dengan tujuan perusahaan.

3. Kumpulkan Informasi Akurat

Pastikan untuk mengumpulkan fakta yang lengkap dan akurat tentang apa yang terjadi. Jangan pernah menyampaikan informasi yang belum diverifikasi, karena ini dapat memperburuk situasi.

Pemahaman mendalam tentang penyebab dan dampak krisis akan membantu dalam menentukan langkah komunikasi yang tepat.

4. Komunikasikan Secara Transparan

Perusahaan harus segera memberikan pernyataan resmi kepada publik. Gunakan bahasa yang jujur, empati, dan tidak defensif.

Akui masalahnya, jelaskan langkah yang sedang diambil, dan berikan jaminan bahwa perusahaan berkomitmen untuk memperbaiki situasi.

Contohnya, jika ada kasus kebocoran data, perusahaan dapat membuat pernyataan seperti ini:

Kami menyadari ada pelanggaran keamanan data yang berdampak pada pelanggan kami. Saat ini, kami sedang bekerja sama dengan pihak berwenang untuk menyelidiki insiden ini, dan langkah-langkah perbaikan sedang dilakukan.

5. Monitor dan Tanggapi Umpan Balik dari Publik

Pantau respons publik, terutama di media sosial, untuk memahami sentimen yang berkembang. Jika ada informasi yang salah atau rumor yang beredar, segera luruskan dengan fakta.

Berkenaan dengan ini, penting juga untuk tidak mengabaikan komentar negatif, tetapi tanggapi dengan sikap profesional dan empati.

6. Tinjau dan Perbaiki Sistem Internal

Setelah situasi terkendali, lakukan evaluasi menyeluruh terhadap penyebab krisis dan pastikan tindakan perbaikan diterapkan agar hal serupa tidak terjadi lagi.

Ini bisa melibatkan pembaruan kebijakan perusahaan, pelatihan karyawan, atau investasi dalam teknologi baru.

7. Bangun Kembali Kepercayaan

Setelah krisis mereda, perusahaan perlu memulihkan hubungan dengan pelanggan, karyawan, dan mitra bisnis.

Ini dapat dilakukan dengan kampanye komunikasi yang positif, inisiatif untuk mengadakan CSR, atau tindakan nyata lainnya yang menunjukkan komitmen perusahaan untuk berubah.

Baca juga: 3 Contoh Krisis Perusahaan yang Lagi Happening Banget!

Butuh Bantuan Mengelola Krisis? BRIEFER Siap Membantu!

Saat krisis melanda, banyak perusahaan mengambil langkah yang keliru karena tidak memiliki tim komunikasi profesional yang siap menangani situasi darurat.

Akibatnya, masalah yang seharusnya bisa diatasi justru malah semakin membesar dan merusak reputasi perusahaan, bahkan kepercayaan pelanggan dan mitra bisnis.

Namun, sekarang tidak perlu khawatir lagi. BRIEFER hadir sebagai solusi bagi perusahaan untuk berbagai layanan PR non-retainer, salah satunya manajemen isu dan krisis.

Dengan spesialis PR berpengalaman di bidang manajemen krisis, kami dapat membantu menangani krisis secara strategis, cepat, dan efektif.

Mulai dari analisis masalah, perencanaan komunikasi, media monitoring, hingga membangun kembali citra positif, BRIEFER siap mendukung perusahaan dari awal hingga akhir.

Jangan tunggu sampai terlambat. Konsultasikan kebutuhan manajemen krisis perusahaanmu dengan BRIEFER sekarang juga!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *