Apakah kamu tahu apa saja perusahaan yang bangkrut di Indonesia? Jawabannya tentu banyak sekali. Jika kamu belum mengetahuinya, artikel ini akan memberitahu beberapa di antaranya.
Dalam menjalankan bisnis, naik dan turun memang merupakan hal yang wajar. Oleh karena itu, penting untuk selalu merancang strategi agar bisa bangkit dari keterpurukan.
Namun, terkadang berbagai faktor eksternal pun sulit diselesaikan, sehingga menyebabkan perusahaan mengalami kerugian dan bangkrut.
Yuk, simak artikel tentang apa saja daftar perusahaan yang sudah atau hampir bangkrut di Indonesia beserta penyebabya berikut ini!
Daftar Perusahaan yang Bangkrut di Indonesia
Berikut beberapa contoh disertai penyebabnya.
1. Pegipegi
Kabar paling baru yang mungkin juga kamu dengar adalah tutupnya Pegipegi, startup OTA (agen perjalanan online), pada 11 Desember 2023 setelah 12 tahun beroperasi.
Sebenarnya, penyebab bangkrutnya Pegipegi tidak diumumkan secara resmi oleh pihak perusahaan.
Namun, tutupnya Pegipegi disinyalir karena banyaknya pesaing yang menawarkan layanan serupa, seperti Traveloka, Tiket.com, hingga Agoda.
Masalahnya, pesaing-pesaing tersebut menawarkan promo yang lebih besar dan menarik. Apalagi, mereka juga menawarkan layanan dan produk yang lebih beragam.
2. Airy Rooms
Daftar perusahaan yang bangkrut di Indonesia selanjutnya adalah Airy Rooms. Airy Rooms merupakan startup yang menawarkan layanan pemesanan hotel.
Pada 31 Mei 2020, Airy Rooms resmi menghentikan operasi bisnisnya. Mereka mengatakan hal tersebut adalah dampak dari pandemi Covid-19 yang menyebabkan berkurangnya SDM dan penurunan bisnis secara signifikan.
Keputusan tersebut dilakukan Airy Rooms setelah pihaknya melakukan PHK kepada lebih dari 70 persen karyawannya pada bulan April 2020.
Padahal, Airy Rooms sendiri pernah melakukan kerja sama dengan Travelola sejak tahun 2015. Namun ternyata, adanya pandemi Covid-19 membuat startup ini sulit melanjutkan bisnisnya.
3. JD.ID
Perusahaan besar yang bangkrut selanjutnya datang dari startup di bidang e-commerce, JD.ID. JD.ID sendiri merupakan anak usaha JD.com, perusahaan retail terbesar di Cina.
JD.ID resmi menghentikan operasionalnya mulai dari 31 Maret 2023. Banyak spekulasi muncul tentang alasan penutupan JD.ID, salah satunya karena kurangnya suntikan dana.
Hal ini diperparah oleh sulitnya persaingan pasar untuk bisnis di bidang e-commerce, sebut saja Tokopedia, Shopee, Lazada, dan Bukalapak.
Kucuran dana dari ke-5 perusahaan tersebut pun tidak tanggung-tanggung, sehingga tak heran mereka sering ‘bakar duit’ dengan mengadakan promo besar-besaran.
Alhasil, JD.ID pun kalah bersaing. Apalagi, kehadiran JD.ID pun terbilang cukup terlambat, karena startup e-commerce lainnya telah menancapkan eksistensi kuat di Indonesia.
4. HOOQ
HOOQ juga masuk ke dalam daftar perusahaan bangkrut di Indonesia. Bagi kamu yang berlangganan layanan Indihome sejak beberapa tahun yang lalu, mungkin kamu pernah mendengar platform streaming HOOQ.
HOOQ sendiri merupakan perusahaan joint venture dari Singtel, Sony Pictures Television, dan Warner Bros Entertainment yang didirikan pada tahun 2015.
Ketika masuk ke Indonesia, HOOQ bekerja sama dengan Telkomsel dan Grab. Namun sayangnya, HOOQ tidak dapat bertumbuh di pasar Indonesia.
Hal inilah yang menyebabkan HOOQ tidak mampu menutupi biaya operasionalnya dan memutuskan untuk pamit pada 30 April 2020.
Apalagi, seperti yang kita ketahui, persaingan di pasar penyedia layanan OTT semakin menjamur. HOOQ menyatakan pihaknya sulit menutup biaya konten dan operasi platform.
Apalagi, HOOQ juga sudah tak lagi menerima pendanaan dari investor, baik investor lama maupun baru. Alhasil, Singtel sebagai pemilik saham terbesar mengajukan likuidasi.
5. Zenius
Siapa yang merupakan pengguna setia Zenius untuk menemani lika-liku perjalanan menuju kampus impian? Yup, Zenius merupakan startup di bidang pendidikan yang sudah beroperasi selama 20 tahun.
Pada awal Januari, pihak Zenius mengungkapkan bahwa perusahaannya tengah mengalami tantangan operasional, sehingga akan menghentikan kegiatan operasionalnya sementara.
Adanya berbagai pendanaan, seperti dari Northstar Group dan MDI Ventures, nyatanya masih tak mampu menyelamatkan Zenius hingga pihaknya memutuskan berhenti beroperasi.
Dilansir dari katadata.co.id, pihak manajemen dikabarkan sedang dalam tahap diskusi untuk menjual perusahannya. Ada juga rumor yang mengatakan bahwa Zenius akan diakuisisi oleh Sekolah.Mu.
Hingga kini, belum ada kabar terbaru dari pihak Zenius. Meskipun begitu, diketahui bahwa Zenius memang tengah mengalami kesulitan untuk bertahan di tengah gempuran berbagai perusahaan teknologi sekarang ini.
Apalagi, pada tahun 2022, Zenius telah melakukan PHK pada sebagian karyawannya. Mereka menyebut PHK tersebut disebabkan oleh perubahan kondisi makro ekonomi dan perilaku konsumen.
(Update: Pada 26 Juli 2024, Zenius mengumumkan kembali hadir dan beroperasi lagi dengan mengubah identitas brand-nya menjadi warna kuning seperti pada awal mula platform ini berdiri).
6. Tupperware
Masa kecilmu pasti tidak lepas dari kehadiran Tupperware yang kerap menemani makan siang di sekolah, bukan? Yup, Tupperware merupakan salah satu perusahaan produksi peralatan rumah tangga yang terkenal.
Namun, kamu juga pasti tahu bahwa Tupperware tidak dapat kamu temukan sembarangan di toko-toko. Hal ini karena Tupperware menggunakan model bisnis MLM (Multi-Level Marketing).
Dulu, sistem penjualan Tupperware ini mungkin terlihat eksklusif. Akan tetapi, seiring berkembangnya zaman dan munculnya banyak kompetitor, model bisnis ini memiliki sejumlah kelemahan.
Selain karena harganya yang tinggi, eksposur Tupperware masih terbilang kurang karena sulit dibeli secara sembarangan.
Alhasil, konsumen pun lebih memilih produk yang lebih murah dengan kualitas yang kurang lebih sama melalui saluran pembelanjaan online.
Dilaporkan bahwa sepanjang tahun 2022, penjualan bersih Tupperware turun 18 persen secara tahunan. Adapun kerugian operasionalnya tercatat sebesar 28,4 juta dolar AS.
Hal ini membuat Tupperware terancam bangkrut. Bahkan, Tupperware juga melakukan PHK pada sebagian karyawannya.
Kini, Tupperware tengah berupaya keras untuk menarik pelanggan dengan menciptakan produk baru yang trendi. Produknya pun kini sudah bisa dipesan secara online melalui website resminya.
Dengan berbagai upaya tersebut, akankah Tupperware bisa kembali bangkit dari jurang kebangkrutan?
7. Fabelio
PT Kayu Raya Indonesia atau yang terkenal dengan panggilan Fabelio adalah sebuah startup di bidang penjualan jasa desain interior dan furniture.
Pada Oktober tahun 2022 lalu, Fabelio resmi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Padahal, Fabelio sendiri pernah memperoleh pujian Forbes di mana pendirinya masuk ke dalam daftar 30 Under 30 pada tahun 2018.
Tak hanya itu, Fabelio juga berhasil memperoleh pendanaan hingga sekitar Rp300 miliar dari berbagai perusahaan pada 2020 lalu.
Adapun penyebab bangkrutnya Fabelio adalah karena penjualannya yang menurun drastis akibat ditutupnya toko offline buntut dari pandemi COVID-19.
Menurunnya kondisi keuangan perusahaan tersebut membuat mereka menunggak gaji karyawan hingga 2-3 bulan dan telat membayar vendor.
8. Toko Buku Gunung Agung
Daftar perusahaan yang bangkrut di Indonesia terakhir dalam artikel ini adalah Toko Buku Gunung Agung yang telah berdiri selama 70 tahun.
Seperti yang kita tahu, pesatnya perkembangan teknologi membuat banyak pecinta buku beralih dari membaca buku fisik ke buku digital.
Tak hanya itu, kemunculan platform e-commerce pun membuat banyak orang lebih memilih untuk membeli buku secara online dibanding datang langsung ke toko.
Nah, karena alasan-alasan tersebutlah Toko Buku Gunung Agung sulit untuk bertahan di pasar. Keadaan ini diperparah juga karena pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu.
Itulah dia penjelasan lengkap mengenai daftar perusahaan yang bangkrut di Indonesia beserta penyebabnya, mulai dari Pegipegi hingga Toko Buku Gunung Agung.
Semoga beberapa contoh di atas dapat menjadi pembelajaran bagi kamu dalam menjalankan bisnis agar bisa menghadapi berbagai tantangan yang datang.
Berbicara tentang bisnis, jika kamu membutuhkan konsultasi di bidang pemasaran atau PR, BRIEFER mungkin dapat menjadi solusinya.
BRIEFER merupakan platform kolaborasi yang bisa menghubungkanmu dengan berbagai konsultan berpengalaman kami di bidang komunikasi.
Untuk informasi selengkapnya mengenai layanan ini, kamu bisa kunjungi laman web BRIEFER atau hubungi email kami di hello@briefer.id!
Baca juga: