Teori jarum hipodermik adalah gagasan yang sudah tidak asing lagi terdengar meskipun banyak yang menganggapnya sudah tidak relevan lagi.
Ini adalah salah satu teori efek media yang menekankan pada kemampuan media untuk mempengaruhi audiens.
Misalnya, pernahkah kamu berpikir atau mendengar bahwa sebuah tayangan televisi, seperti sinetron, dapat merusak moral anak bangsa? Atau contoh lain seperti video game yang dinilai bisa membawa pengaruh buruk kepada para remaja?
Jika pernah, pemikiran tersebut sebenarnya berakar dari pemikiran teori jarum suntik atau hipodermik. Nah, jika kamu ingin memahaminya lebih dalam, yuk simak uraian tentang teori jarum hipodermik dan contohnya berikut ini!
Awal Mula Teori Jarum Hipodermik
Teori jarum suntik atau hypodermic need theory adalah gagasan yang pertama kali diusulkan oleh Harold Lasswell pada tahun 1927.
Menurutnya, media memiliki kekuatan yang besar dalam mempengaruhi serta membentuk opini dan perilaku masyarakat, seperti halnya jarum suntik yang menyuntikkan gagasan dan kepercayaan dalam benak audiens.
Misalnya, sebuah tayangan berita memberitakan laporan mengenai suatu isu politik. Nah, teori ini beranggapan bahwa audiens akan sepenuhnya terpengaruh dan menerima informasi tersebut.
Pandangan bahwa media dapat memengaruhi audiens ini telah mengakar sejak awal abad ke-20, yaitu ketika teknologi komunikasi massa seperti radio dan koran mulai banyak digunakan.
Pada saat itu, media banyak digunakan oleh orang yang berkuasa untuk mencuci otak atau memanipulasi opini publik selama propaganda perang dunia pertama.
Bahkan, Inggris sampai mendirikan Kementerian Informasi yang bertujuan untuk memproduksi propaganda. Hal yang serupa juga dilakukan oleh Rusia, Jerman, Italia, dan Spanyol.
Asumsi Teori Jarum Hipodermik
Terdapat beberapa konsep dari teori jarum suntik yang digagas Lasswell ini, yaitu:
- Media massa memiliki kekuatan yang besar dalam memengaruhi pemikiran audiens
- Audiens hanya dianggap sebagai sekumpulan orang yang homogen dan mudah terpengaruh, sehingga sama sekali tidak mempunyai kekuatan dalam menolak informasi dari media
- Audiens yang memiliki opini yang sama terhadap suatu isu disebabkan oleh samanya perolehan pesan yang mereka terima dari suatu media
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa teori jarum hipodermik adalah bentuk teori komunikasi linier dan memiliki model satu arah (one step flow).
Baca juga: 3 Faktor yang Dapat Mempengaruhi Reaksimu Terhadap Media Massa
Contoh Teori Jarum Hipodermik
Ada banyak sekali contoh kasus teori jarum hipodermik yang ditemukan dalam keseharian, di antaranya yaitu:
- Penggunaan televisi untuk menayangkan program yang menonjolkan tokoh politik tertentu agar banyak masyarakat ter-influence dan memilihnya di pemilu
- Penggunaan influencer yang punya banyak followers di media sosial untuk mempromosikan produk atau brand tertentu
- Menciptakan film tentang suatu isu sosial dengan menyiratkan pesan propaganda tertentu agar penonton terpengaruh oleh gagasan yang disematkan
Kritik terhadap Teori Jarum Hipodermik
Meskipun banyak digunakan dan sangat populer sejak dulu, teori jarum suntik juga memperoleh berbagai kritik dari tahun ke tahun.
Adapun beberapa kritik yang dilayangkan pada teori jarum suntik adalah sebagai berikut:
1. Oversimplification
Salah satu kritik utama yang dilayangkan terhadap teori jarum suntik adalah terlalu menyederhanakan proses komunikasi.
Lebih lanjut, teori ini tidak memerhatikan peran audiens dalam mengiterpretasikan dan merespons suatu pesan dari media.
Padahal, tiap audiens memiliki interpretasinya sendiri terhadap sesuatu yang dilandaskan oleh kepercayaan dan nilai masing-masing individu.
Dengan demikian, peran audiens tidaklah pasif, melainkan aktif yang mana dapat secara kritis memilah dan memilih suatu informasi.
Selain itu, efek media juga ternyata lebih kompleks dari apa yang diasumsikan teori ini. Seperti misalnya yang dijelaskan dalam cultivation theory atau teori uses and gratification.
2. Asumsi terhadap Komunikasi yang Linear
Teori jarum suntik mengasumsikan bahwa teori komunikasi bersifat linear atau one-way influence, yang berarti mengabaikan fakta bahwa audiens juga bisa memengaruhi media.
Padahal, audiens bisa memberikan umpan balik pada media, atau bahkan memberikan inspirasi pada media untuk menulis konten tertentu.
Baca juga: Begitu Digemari, Apa Motif Remaja Follow Akun Twitter @tubirfess?
Itulah dia penjelasan lengkap mengenai teori jarum hipodermik, mulai dari awal mula, asumsi, contoh, hingga kritiknya.
Pada intinya, hypodermic needle theory menekankan tentang kekuatan media massa dalam memengaruhi audiens melalui pesan-pesan yang disampaikannya.
Meskipun ini merupakan salah satu teori yang terkenal, tetapo banyak kritik yang dilayangkan dan saat ini mulai banyak ditinggalkan.
Nah, apabila kamu tertarik untuk membaca insight lain seputar ilmu komunikasi, kunjungi laman web Stories from BRIEFER dan nantikan update artikel selanjutnya, ya!