Perlunya Retorika Dalam Komunikasi Politik

Pernahkah kamu melihat seorang calon pemimpin atau politikus berpidato di depan umum untuk menjelaskan visi dan misinya?

Hal ini mereka lakukan untuk mempengaruhi dan meyakinkan khalayak untuk memilihnya. Dalam ilmu komunikasi, berpidato merupakan bagian dari ilmu Retorika.

Retorika seringkali muncul dalam komunikasi politik, mengapa demikian? Sebelum menjawab pertanyaan berikut, mari kita bahas terlebih dahulu pengertian dari Retorika, tujuan  dan jenis-jenisnya ya.

Pengertian Retorika

Menurut Aristoteles Retorika merupakan seni dalam berbicara dimana khalayak atau pendengar yang menentukan akhir dan tujuan dari suatu pidato. Retorika sendiri  berasal dari bahasa Yunani yaitu ῥήτωρ, rhêtôr, orator, teacher .

Briefee, retorika seringkali digunakan ketika berpidato dan saat meyakinkan orang lain maka dari itu retorika bukan hal asing untukmu kan?

Retorika sebagai seni berbicara tidak hanya diartikan sebagai suatu kemampuan berbicara secara lancar dan jelas saja namun, dalam beretorika harus mampu berbicara dan berpidato secara singkat, jelas, padat dan mengesankan.

Namun, seiring dengan berjalannya waktu, muncul pandangan-pandangan negatif tentang retorika. Pertama, retorika dianggap tidak memiliki isi karena pembicaranya hanya menggunakan bahasa yang indah yang dapat mempesona orang lain.

Kedua, retorika dianggap sebagai penggunaan bahasa belaka yang jauh dari realitas. Kedua pandangan negatif tersebut membuat orang yang beretorika dipandang sebagai pemakaian bahasa yang bombastis yang hanya merupakan omong kosong belaka dan tidak bisa dipercaya.

Maka dari itu, saat beretorika haruslah memiliki kemampuan berbicara yang harus diimbangi dengan pengetahuan karena jika pembicara tidak memiliki pengetahuan tentang apa yang ia bicarakan, tentu hanya akan dicap semagai omong kosong belaka.

Lalu mengapa retorika penting dalam komunikasi politik?

Politik memanfaatkan retorika untuk mempengaruhi rakyat dengan materi bahasa, ulasan-ulasan, dan gaya bertutur yang meyakinkan dan mencekam perhatian.

Jika disambungkan dengan pengertian retorika, maka cocok karena pengertian dari retorika sendiri yang merupakan seni membangun argumentasi dan seni berbicara secara singkat, jelas, padat dan mengesankan.

Dalam perkembangannya, retorika juga mencakup proses untuk menyesuaikan ide dengan orang lain dan menyesuaikan orang dengan ide melalui berbagai macam pesan.

Maka dari itu dimanapun, komunikasi politik melakukan pembicaraan untuk menyelesaikan perselisihan dengan kata-kata, makna dan harapan. Sehingga dari permainan bahasa ini melahirkan beberapa bentuk pesan politik yaitu: proganda, periklanan dan retorika politik

Pada peristiwa politik, retorika sering digunakan sehingga Aristoteles mengidentifikasi retorika ke dalam 3 jenis :

1.Retorika deliberative:

Retorika ini digunakan untuk mempengaruhi orang-orang dalam masalah kebijakan pemerintah. Contohnya yaitu saat wabah covid-19 menyerang, kemenkes melakukan retorika deliberative untuk membuat masyarakat memakai masker.

2. Retorika forensik/yuridis:

Jenis retorika yang berusaha untuk mendorong munculnya rasa bersalah atau tidak bersalah. Proses retorika ini biasanya ada di pengadilan.

3. Retorika demonstratif:

Retorika yang digunakan untuk memuji atau menjatuhkan. Retorika demonstratif digunakan untuk memperkuat perilaku baik atau buruk seseorang, lembaga, atau gagasan.

Contoh dari retorika demonstratif menurut Aristoteles yaitu saat kampanye politik. Waktu ini biasanya penuh dengan retorika demonstratif dimana satu pihak menantang pihak lain demi jabatan di dalam pemerintahan.

Dalam penjelasan di atas terbukti bahwa retorika sebagai art of speech merupakan bentuk komunikasi politik yang penting dan sering digunakan karena dalam berpolitik penting untuk memiliki seni berbicara dan meyakinkan khalayak.

Jadi Briefee, Retorika tuh enggak tabu asal digunakan dengan seni berbicara yang didukung dengan bukti. Kunjungi stories.briefer.id untuk insight seputar ilmu komunikasi lainnya see ya!