Ada beberapa brand yang gagal menarik perhatian konsumen karena tidak melakukan market research secara mendalam sebelumnya.
Yup, market research memang merupakan salah satu hal penting yang harus dilakukan sebuah bisnis, baik saat ingin meluncurkan brand atau pun produk baru.
Nah, di artikel ini, akan dijelaskan mengenai apa itu market research dan langkah-langkahnya, serta beberapa contoh brand yang gagal karena tidak melakukannya. Yuk, simak sampai habis!
Apa itu Market Research?
Market research adalah suatu usaha untuk mengumpulkan informasi yang mencakup konsumen ataupun pasar (market needs, market size, competitor, customer, etc).
Menurut Hague (1988), market research merupakan hal yang terstruktur dan mempunyai tujuan. Market research bertujuan sebagai koleksi objektif dan interpretasi data yang dapat memperkecil resiko dalam keputusan pemasaran.
Memahami kebutuhan pelanggan dan pelanggan potensial melalui market research adalah salah satu cara terbaik untuk mendapatkan keunggulan kompetitif brand yang berkelanjutan (Hague, 1988).
Langkah-Langkah untuk Melakukan Market Research
Terdapat beberapa cara market research yang bisa kamu ikuti, yaitu:
- Brainstorming dan menetapkan ide project yang akan dilakukan
- Menguji dan meningkatkan ide project sebelum melakukan market research
- Pilih metode yang sesuai untuk market research yang akan dilakukan
- Menganalisis trend dan lingkungan dalam pasar
- Melakukan riset yang sesuai untuk market research yang akan dilakukan
- Menyimpulkan dan menyatukan hasil market research untuk merancang business plan
Baca juga: “SMART Goals” – Cara Cerdas Mencapai Tujuan Bisnismu
Contoh Brand yang Gagal karena Tidak Melakukan Market Research
Market research menjadi hal penting dalam kelangsungan suatu brand karena menyangkut bagaimana mereka berinteraksi dengan pelanggannya, bagaimana cara menawarkan produk baru, ataupun cara untuk memasuki target pasar baru.
Supaya kamu bisa lebih memahami market research, yuk kita belajar dari beberapa perusahaan ternama yang pernah mengalami kesalahan dalam market research!
1. McDonald’s – Arch Deluxe Burger
Pada tahun 1996, McDonald’s pernah membuat suatu produk baru yaitu, the Arch Deluxe burger yang menjadi sebuah kegagalan karena kesalahan dalam riset target market.
The Arch Deluxe Burger memiliki fokus target pasar orang dewasa dan dari data yang didapatkan lewat riset adalah “orang dewasa lebih mementingkan aspek harga dan kemudahan dibandingkan rasa”. Namun, pemasaran yang dilakukan oleh McDonald’s lebih fokus pada penjualan “rasa”.
Terlebih lagi, iklan-iklan yang dibuat McDonald’s untuk pemasaran Arch Deluxe burger memiliki tagline seperti “It’s the burger with the grown-up taste” yang berdampak pada target pasar anak-anak dan remaja, di mana mereka berpikir Arch Deluxe burger hanya ditujukan untuk orang dewasa.
Pembuatan Arch Deluxe burger merupakan salah satu kesalahan dalam penerapan market research yang telah dilakukan. McDonald’s seharusnya meluncurkan produk yang lebih sesuai dengan perilaku konsumen dan harapan dari konsumen mereka.
2. Windows Phone
Contoh brand yang gagal selanjutnya adalah Windows Phone. Windows Phone merupakan salah satu produk yang diluncurkan oleh perusahaan Microsoft dalam usahanya menandingi Android dan iOS.
Namun, Windows Phone tidak dapat memasuki pasar Android dan iOS karena ketatnya kompetisi di antara kedua pasar tersebut.
Pada akhirnya, Microsoft menghentikan produksi Windows Phone pada tahun 2017 karena tidak laku di pasaran. Dari kegagalan ini, Microsoft perlu belajar banyak dan melihat target pasar yang lebih sesuai dan memungkinkan.
3. Indomie Goreng Rasa Kuah
Salah satu contoh produk yang gagal di pasaran Indonesia adalah Indomie goreng kuah. Indomie sendiri merupakan mie instan paling dikenal oleh masyarakat Indonesia dan mempunyai banyak jenis serta varian rasa.
Indomie juga memiliki rasa yang dibanggakan oleh banyak orang Indonesia, antara lain ayam bawang, soto, kaldu ayam, dan sebagainya.
Karena banyaknya pesaing produsen mie instan, Indomie berusaha untuk menciptakan varian baru, namun malah menjadi produk yang gagal.
Produk tersebut adalah varian mie goreng dengan rasa mie kuah, misalnya mie goreng soto, mie goreng ayam bawang, dan sebagainya.
Varian ini dianggap kurang cocok dengan target pasar karena konsumen sudah terbiasa mengenal rasa tersebut melalui mie kuah.
Indomie seharusnya meluncurkan beberapa varian rasa yang lebih cocok dengan keinginan konsumen. Dengan ini, Indomie harus melakukan market research yang lebih baik agar dapat meminimalisir kerugian produksi.
4. Hotel Marriot
Hotel Marriot pernah mengalami kesalahan dalam menangani hubungannya dengan negara lain. Pada tahun 2018, mereka mengirimkan kuesioner untuk para member yang mendapatkan program hadiah di mana member menuliskan negara Hong Kong, Makau, Tibet, dan Taiwan sebagai negara terpisah dari Republik Rakyat Cina.
Topik tersebut merupakan topik sensitif bagi Cina, di mana mereka menganggap bahwa negara-negara yang telah disebutkan merupakan bagian dari Cina.
Akibatnya, pihak Marriot rugi hingga 350 hotel tidak beroperasi karena website dan aplikasi Marriot offline selama seminggu.
Dampak yang terjadi semakin parah karena akun Twitter Marriot terlihat telah memberikan “like” kepada salah satu post akun pro-Tibet yang berterima kasih kepada pihak Marriot karena sudah menganggap Tibet dan negara lainnya sebagai negara independen.
Ternyata, hal tersebut semua terjadi karena market researcher Marriot pada saat itu tidak mahir dan tidak mendapatkan pelatihan terkait pasar bisnis Cina.
Sebagai brand hotel ternama dan mendunia, seharusnya Marriott bisa menjalin hubungan yang baik dengan konsumennya serta memahami topik-topik sensitif di setiap negara.
Kesalahan tersebut dapat dihindari oleh Marriott melalui kejelian market research dan pelatihan SDM secara menyeluruh,
5. Levi’s – “Hotness Comes in All Sizes”
Melalui branding kampanye mereka “Hotness Comes in All Shapes and Sizes”, Levi’s ingin menarik lebih banyak target audiens perempuan.
Kampanye ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada target audiens bahwa jeans Levi’s dapat digunakan oleh siapa saja dengan berbagai macam ukuran badan.
Namun, Levi’s menggunakan model-model yang jauh lebih kecil dari rata-rata ukuran badan perempuan Amerika dalam iklan mereka.
Salah satu iklannya, mempunyai tagline “All asses were not created equal” dan malah menunjukkan model-model dengan ukuran badan yang serupa. Karena hal tersebut, Levi’s mendapatkan reaksi negatif dari target audiens.
Levi’s seharusnya lebih memahami bahwa target audiens di industri fashion yang sangat beragam dari segi ukuran badan.
Melalui data yang sudah ada, Levi’s seharusnya mampu memahami perilaku konsumen mereka yang pada akhirnya berguna untuk merancang kampanye brand yang lebih sesuai.
Baca juga: 7 Jenis Saluran Iklan Agar Bisnismu Tepat Sasaran
Itulah dia penjelasan mengenai contoh brand yang gagal karena tidak melakukan market research secara mendalam.
Dilihat dari penjelasan diatas, market research menjadi hal yang fundamental dalam keberlangsungan perusahaan.
Perusahaan-perusahaan yang sudah memiliki nama dan reputasi tetap dapat melakukan kesalahan dalam market research yang menghasilkan reaksi negatif target pasar atau penurunan ketertarikan konsumen.
Semoga artikel ini dapat memberikan insights baru ya, Briefee! Jika tertarik membaca artikel lain seputar startegi pemasaran, yuk kunjungi web Stories from BRIEFER!