Tanggal 5 Maret 2023 lalu, Manchester United kalah 7-0 atas Liverpool pada pertandingan Liga Inggris. Kekalahan ini merupakan kekalahan terbesar yang pernah dialami Manchester United sepanjang sejarah.
Usai pertandingan berakhir, Manchester United sontak menjadi bulan-bulanan publik. Di berbagai media sosial, semua orang membahas kekalahan menyakitkan ini.
Bahkan, beberapa brand lokal ramai-ramai memanfaatkan momen dengan turut membahas topik tersebut untuk mempromosikan brand-nya. Sebut saja Durex, BCA, Teh Gelas, bahkan Gopay. Semua itu dilakukan untuk menarik atensi audiens.
Ada istilah marketing yang tepat untuk menggambarkan fenomena di atas, yaitu schadenfreude marketing.
Apa itu Schadenfreude Marketing?
Pertama kali dicetus oleh AdAge, istilah ini diambil dari bahasa Jerman, schadenfreude, yang artinya rasa puas yang diperoleh seseorang karena kemalangan orang lain.
Dalam dunia marketing, schadenfreude merujuk pada perbuatan memanfaatkan suatu kejadian tidak menyenangkan yang dialami orang atau brand lain menjadi sebuah strategi pemasaran.
Strategi pemasaran ini tentu menguntungkan karena brand bisa mendapatkan sorotan gratis atas keterlibatan mereka dalam topik yang sedang banyak dibicarakan.
Selain mendapat banyak engagement, trik pemasaran jenis ini juga dapat meningkatkan kesadaran awareness terhadap brand.
Contoh Schadenfreude Marketing
Pada contoh cuitan BCA, audiens jadi mengetahui bahwa nasabah BCA bisa melakukan transfer mulai dari RP1 kepada sesama rekening BCA.
Selain di Indonesia, tentu banyak brand luar negeri yang kerap kali menerapkan praktik seperti ini. Salah satu contohnya adalah saat adanya kasus United Airlines pada tahun 2017 yang menyeret seorang penumpang keluar dari penerbangan secara paksa. Kejadian tersebut tentu ramai di media sosial dan memantik kemarahan publik.
Perusahaan penerbangan lain seperti Jordania dan Qatar Airways pun turut memanfaatkan momen. Mereka membuat cuitan yang secara tidak langsung ‘menyenggol’ United Airlines akan buruknya pelayanan maskapai penebangan tersebut.
Sebagai akibatnya, Jordania dan Qatar Airways mendapat engagement gratis dari atensi publik terhadap kasus United Airlines.
Namun, menerapkan strategi pemasaran jenis ini tentu memerlukan kehati-hatian. Pasalnya, jika brand salah langkah, tanggapan negatiflah yang akan didapat. Marketer harus secara tepat memanfaatkan momen dan celah mana yang bisa digunakan untuk mengiklankan brand mereka. Jangan sampai pesan yang disampaikan malah terkesan cringe atau nirempati.
Butuh masukan atau ide pemasaran terkait produk atau brand-mu? Yuk, konsultasikan sekarang juga pada spesialis komunikasi berpengalaman BRIEFER. Segera kunjungi briefer.id untuk info lebih lanjut.