Apa itu Thrist Trap? Yuk, Ketahui Motif di Baliknya!

Young brunette asian women take selfie on orange wall

Belakangan ini, muncul istilah ‘thrist trap‘ di media sosial yang kerap dilontarkan untuk individu yang suka mengunggah foto-foto seksinya.

Bagi banyak orang, hal tersebut dianggap sebagai bentuk ‘caper‘ atau mencari perhatian dan validasi dari orang lain.

Sebenarnya, apakah istilah ini dapat diartikan sedangkal itu? Apakah fenomena ini serta-merta dianggap sebagai bentuk cari perhatian? Yuk, simak uraian lengkapnya di sini!

Apa itu Thrist Trap?

Beberapa waktu lalu, ramai di Twitter (X) tentang kontroversi selfie Amanda Zahra dan banyak orang melabeli perilakunya sebagai thrist trap dan haus validasi.

Amanda sendiri merupakan seorang perempuan yang sempat diselingkuhi mantan suaminya. Kisahnya menjadi viral di berbagai media sosial setelah diketahui bahwa mantan suaminya berselingkuh dengan seorang aktris yang sedang naik daun.

Lantas sebenarnya, apa itu thrist trap?

Dilansir dari dictionary.com, thrist trap adalah unggahan media sosial, terutama yang berbentuk selfie, yang dimaksudkan untuk mendapat perhatian seksual, apresiasi, atau tanggapan positif lainnya dari orang lain.

Likes addiction abstract concept illustration. addicted to likes, thumbs-up dependence, social media madness, selfie addiction, posting photos, self esteem thrist trap
(sumber: Freepik)

Berdasarkan definisi tersebut, istilah ini kerap kali dikaitkan dengan unggahan berbau seksual, misalnya memamerkan salah satu bagian tubuh seperti payudara, perut, atau paha.

Lebih lanjut, istilah trap atau “jebakan” yang dimaksud di sini merujuk pada adanya kesengajaan pengunggahan yang bertujuan untuk “menjebak” orang dengan frustrasi seksual.

Jadi harapannya, orang tersebut bisa memberikan respon positif atas foto seksi yang diunggah. Tak hanya berbentuk komentar, respon positif yang dimaksud bisa juga berbentuk like, retweet, atau share.

Motif Melakukan Thrist Trap

Sebenarnya, motif seseorang melakukan thrist trap bisa beragam. Namun, alasan utamanya berkaitan dengan validasi akan eksistensi diri.

Karena postingan semacam ini bertujuan untuk memperoleh engagement tinggi dan respon positif dari orang lain, maka akan tumbul rasa percaya diri dan puas yang bersumber dari validasi.

Selain validasi, ada juga yang mengunggah foto semacam ini demi mendapat keuntungan finansial. Dikutip dari Magdalene.co, salah satunya adalah Elias Theodorou yang mengunggah thrist trap untuk membantu personal branding-nya.

Selain itu, ada juga yang melakukannya sebagai cara untuk mencintai tubuh mereka sendiri, apalagi jika tubuh mereka kerap dianggap tidak sesuai dengan standar kebanyakan orang.

Jadi Sebenarnya, Thrist Trap Baik atau Buruk?

Fenomena ini sebenarnya menimbulkan kontroversi pro dan kontra. Banyak yang menganggap bahwa orang yang mengunggahnya itu haus validasi.

Namun, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, banyak juga yang menganggap bahwa mengunggah foto tubuh dirinya sendiri merupakan bentuk self-love.

Apabila dipandang dari kacamata gender, fenomena ini sebenarnya turut melanggengkan logika misogini. Sebab, tubuh perempuan kerap kali dijadikan sebagai objek seksual.

Misalnya begini, ada orang yang mengunggah foto seksi di media sosial. Nah, sebagain besar khalayak akan menganggap bahwa orang tersebut sengaja memostingnya untuk mengundang respon laki-laki.

Selain itu, ada perbedaan antara foto seksual yang diunggah laki-laki dan perempuan. Biasanya, orang akan cenderung berkomentar positif pada unggahan laki-laki, sedangkan perempuan dihubungkan dengan istilah negatif.

Di sisi lain, dari sudut pandang psikologis, thrist trap dinilai punya dampak buruk untuk kesehatan mental seseorang. Sebab, ia akan terus haus validasi dan pengakuan dari orang lain.

Oleh karena itu, pastikan untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial, ya. Hanya kamu yang bisa menilai value dirimu, bukan orang lain.

Itulah dia penjelasan lengkap tentang thrist trap, mulai dari pengertian hingga motifnya yang perlu untuk kami ketahui dan pahami.

Jika kamu tertarik membaca artikel lain seputar tren terkini media sosial atau istilah yang berkaitan dengan ilmu komunikasi, yuk kunjungi laman web Stories from BRIEFER!

Baca juga:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *