Dalam dunia bisnis, mencari strategi marketing yang tepat dalam memasarkan produk yang dijual merupakan kunci kesuksesan bisnis tersebut. Strategi marketing banyak jenisnya maka dari itu penting untuk menggunakan strategi yang tepat agar penjualan pun menjadi optimal.
Pada artikel kali ini, kita akan membahas dua macam strategi marketing yang sering digunakan yaitu cross-selling dan upselling. Strategi cross-selling dan upselling memang terlihat serupa namun tujuan serta cara penggunaannya berbeda.
Lalu, tidak semua jenis bisnis cocok lho Briefee untuk menggunakan strategi ini. Supaya kamu tidak salah memilih strategi untuk bisnis mu, yuk kita bahas satu persatu.
Pengertian Cross Selling
Cross-selling adalah strategi marketing untuk menawarkan produk tambahan atau pelengkap kepada konsumen.
Barang tambahan yang ditawarkan kepada konsumen berupa barang yang berhubungan dengan produk utama yang dijual. Produk cross selling yang ditawarkan biasanya dari harga akan lebih terjangkau daripada produk utama karena bertujuan sebagai pelengkap saja.
Contoh yang sering kita temui yaitu ketika kamu membeli sebuah minuman di coffee shop, biasanya sang barista atau kasir akan menawarkan mu untuk menambah caramel atau susu. Tanpa kamu sadari, ketika kamu mengiyakan tawaran tersebut, strategi cross-selling yang mereka terapkan berhasil.
Namun, strategi ini tidak hanya dapat kamu temukan di toko offline saja Briefee. Saat berbelanja online pun kamu sering lho menemukan strategi-cross selling contohnya ketika munculnya pilihan “Lainnya dari toko ini” atau “Lihat produk terkait” hal tersebut bertujuan agar kamu menambahkan barang lainnya.
Pengertian Upselling
Upselling adalah strategi marketing yang digunakan untuk menawarkan produk yang memiliki nilai lebih tinggi dari produk utama.
Nilai tersebut dapat berupa kuantitas yang lebih banyak, fitur lebih baik, hingga kualitas yang lebih baik dari produk yang dipilih pembeli.
Pada strategi ini, produk yang ditawarkan memiliki harga yang lebih mahal karena tujuan dari up selling adalah untuk meningkatkan nilai penjualan dan meningkatkan pendapatan.
Contoh implementasi strategi ini yaitu ketika kamu pergi ke bioskop. Saat membeli popcorn ukuran small, sang kasir akan menawarkan kamu untuk membeli popcorn bundling dengan produk lainnya, namun seakan-akan tidak memerlukan tambahan biaya. Tapi pada akhirnya, kamu harus membayar dengan jumlah yang lebih dari harga normal.
Teknik upselling kerap kali dapat membuat pembeli merasa tidak nyaman jika waktu implementasinya tidak tepat dan akan berakhir dengan kehilangan pelanggan potensial.
Lalu apa perbedaannya?
Dari pengertian di atas dapat dilihat perbedaan kedua strategi ini yaitu, strategi cross-selling fokus pada penawaran barang yang berkaitan dengan barang yang dibeli. Sedangkan upselling, teknik menawarkan produk yang memiliki nilai lebih atau lebih mahal kepada pelanggan untuk meningkatkan penjualan.
Sasaran target audiens pun berbeda Briefee. Untuk cross-selling, kamu bisa menargetkan audiens manapun dan siapapun. Sedangkan upselling, kamu harus memastikan target audiens tersebut mampu membeli dengan harga yang tinggi karena jika tidak, strategi up selling akan gagal dan dapat memunculkan rasa tidak nyaman bagi pembeli.
Setelah membaca artikel di atas, diharapkan kamu mendapatkan insight baru serta mengetahui strategi yang tepat untuk bisnis mu ya!
Kunjungi selalu stories.briefer.id untuk artikel menarik lainnya seputar ilmu komunikasi, marketing, branding, hingga study case. See ya!