Riding The Wave , Apakah Relevan Untuk Semua Brand?

Kunci kesuksesan sebuah bisnis sampai dikenal khalayak luas salah satunya karena keberhasilan teknik marketing yang digunakan.

Teknik marketing yang kerap digunakan dan sudah tidak asing didengar adalah Riding the wave marketing. Istilah riding the wave dapat diibaratkan seperti seorang peselancar dan ombak. Dimana sang peselancar memanfaatkan ombak untuk mencapai tujuannya dan ia akan terus mengikuti arus ombak tersebut.

Jika analogi di atas dicontohkan dalam dunia bisnis, peselancar merupakan pelaku bisnis atau brand, papan selancar adalah produk, dan ombak adalah isu atau tren yang sedang viral dibicarakan oleh masyarakat luas.

Fenomena riding the wave yang baru-baru ini viral yaitu mengenai konser Coldplay. Para brand atau bisnis terlihat berlomba-lomba untuk memasarkan produk mereka dengan riding the wave tren coldplay.

Contoh perusahaan yang berusaha untuk riding the wave tren tentang coldplay yaitu McDonald Malaysia dan Ikea. Pada iklan McDonald Malaysia, terdapat gambar kentang yang bertuliskan “Look at these fries, look how they shine for you” mereka mengambil dari salah satu lirik lagu Coldplay.

Selanjutnya, Ikea juga menampilkan foto sebuah lampu ruangan bertuliskan “Lights will guide you home” yang mana itu juga diambil dari salah satu lirik lagu milik Coldplay. Hal tersebut membuktikan bahwa kedua brand tersebut berusaha mengikuti tren.

Ketika menggunakan teknik marketing ini, tentunya para brand berusaha menarik perhatian masyarakat untuk meningkatkan awareness, hingga mendorong penjualan.

Namun Briefee, apakah suatu brand harus selalu riding the wave? jawabannya tidak harus karena dalam penggunaannya, sebuah brand atau bisnis perlu menelaah dan menganalisis tren yang sedang berlangsung karena tidak semua tren dapat diikuti.Lalu, apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan brand sebelum menerapkan strategi riding the wave?

1. Relevan atau tidak

Setiap tren atau isu yang marak dibicarakan oleh masyarakat luas, harus ditelaah kembali apakah relevan dengan brand mu atau tidak. 

Memang, riding the wave terhadap tren dan isu yang sedang hangat, tentu akan membuat perhatian audiens tertuju kepada tren dan isu tersebut. Tetapi, jika tren yang berkembang tidak relevan dengan brand mu maka akan terlihat memaksa. Ingat untuk tidak melupakan brand purpose, positioning serta product role brand mu.

2. Pahami tren pasar

Kedua, yang perlu diperhatikan adalah identifikasi terhadap pasar dan tren yang sedang viral. Kemudian identifikasi produk apa yang bisa ikut memeriahkan momentum tersebut. Lalu perkirakan seberapa besar tren tersebut dapat berpengaruh positif terhadap brand maupun produkmu.

3. Perhatikan target audiens

Apakah audiensmu relevan dengan tren tersebut? Jika iya, maka riding the wave dapat menjadi keputusan yang tepat. Namun jika sebaliknya, melihat tren dari kejauhan sudah cukup lho Briefee, nggak perlu FOMO.

Itu dia pembahasan mengenai artikel kali ini semoga bermanfaat bagi kamu yang ingin menggunakan teknik marketing riding the wave. Jika kamu membutuhkan bantuan konsultasi strategi komunikasi, segera hubungi BRIEFER.

BRIEFER merupakan platform kerja bagi profesional dan spesialis dalam menyediakan layanan jasa konsultansi komunikasi untuk berbagai sektor (dan organisasi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *