Di zaman yang sudah serba digital ini, album fisik kian menurun peminatnya. Penggemar dan penikmat musik lebih memilih untuk mengeluarkan uangnya untuk berlangganan platform streaming musik daripada membeli album. Apalagi, banyak perangkat elektronik seperti laptop kini sudah tidak menyediakan slot untuk CD, sehingga album fisik pun terkesan sudah ketinggalan zaman.
Namun nyatanya, banyak musisi, baik lokal maupun mancanegara masih gencar merilis album fisik. Sebut saja Rizky Febian, Raisa, Kunto Aji, bahkan hampir semua penyanyi Korea Selatan tetap meluncurkan album fisik di tengah gempuran digital.
Pertanyaannya adalah, mengapa?
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada beberapa label dan musisi Indonesia, ada beberapa alasan mengapa album fisik masih mereka pertahankan.
1. Alat promosi agar bisa tampil off-air
Persentase bagi hasil yang didapatkan musisi dari platform streaming sangat kecil. Sumber pendapatan musisi yang utama adalah dari tampil secara off air atau mengadakan konser. Oleh karena itu, platform streaming hanya dijadikan sebagai alat promosi saja.
Nah, sama seperti penggunaan platform streaming, perilisan album fisik juga merupakan salah satu alat promosi agar mereka mendapatkan kesempatan untuk tampil secara off air.
2. Penghargaan dan karya seni
Dari perspektif musisi, album fisik sudah seperti penghargaan atau pencapaian diri. Album fisik juga dapat menambah portofolio mereka sebagai seorang musisi. Saat meluncurkan album ‘Jejak’ 2019 lalu, Rizky Febian mengatakan bahwa album fisik seperti sebuah ijazah yang bisa menjadi pembuktian dalam berkarya.
Sebagian musisi juga menganggap rilisan fisik merupakan sebuah karya seni yang nilainya jauh lebih banyak, kaya, dan beragam daripada rilisan digital.
3. Barang koleksi
Baik musisi maupun penggemar menganggap bahwa album fisik dapat dijadikan barang koleksi. Misalnya, banyak penggemar yang membeli album dan meminta musisi untuk menyoretkan tanda tangannya di album tersebut sebagai kenang-kenangan. Rilisan digital tentu tidak dapat menggantikan fungsi album fisik yang satu ini karena rilisan digital merupakan sesuatu yang tidak memiliki wujud dan tidak dapat dikoleksi.
Lantas, bagaimana dengan musisi di Korea Selatan?
Di Indonesia dan mungkin secara global pada umumnya, demand untuk album memang cenderung minim. Namun uniknya, di Korea Selatan, penjualan album merupakan salah satu sumber pendapatan utama untuk musisi. Masih banyak sekali penggemar yang rela menghabiskan ratusan bahkan jutaan uangnya untuk membeli album.
Alasan paling kuat mengapa penggemar K-pop masih banyak membeli album idola mereka ketika mereka bahkan tidak memiliki CD player adalah loyalnya penggemar K-pop dan kesukaan mereka dalam mengoleksi album.
Mereka membeli album bukan untuk mendengarkannya, tetapi untuk dijadikan barang koleksi yang bernilai. Oleh karena itu, perusahaan musik K-pop haruslah membuat album yang akan dirilis semenarik mungkin, misal dengan memberikan freebies seperti PC (photo card) dan stiker, atau dengan cara mengeluarkan beberapa versi album.
Selain itu, penggemar K-pop juga dinilai sangatlah loyal terhadap idolanya. Mereka rela mengeluarkan banyak uang untuk hal yang menyangkut idola mereka. Mereka memiliki anggapan bahwa seseorang bisa dikatakan “true fan” jika ia mendukung penuh idolanya, salah satunya adalah dengan membeli album fisik. Ketika sang idola merilis album, sudah tugas mereka untuk menyukseskannya dengan cara membeli album dan menjadikan idola mereka berada pada peringkat pertama chart musik.