Dulu, konsumen muda harus sabar menunggu brand berbicara dengan mereka melalui kampanye yang dibuat oleh sekelompok dewasa di ragam saluran secara massif. Sekarang situasi berubah. Brand harus berinteraksi dengan kaum muda, seperti selayaknya yang dilakukan individu sosial di masyarakat.
Generasi Z adalah kaum muda yang menjadi target audiens dari mayoritas brand. Umumnya mereka masih mencari apa yang diinginkan, apa yang relevan di kehidupannya sehingga brand memiliki banyak kesempatan untuk mendekati konsumen ini. Sedangkan generasi Y atau millennials merupakan konsumen dewasa yang loyal dan paham terhadap kebutuhannya.
Brand wajib mengetahui hal yang dianggap bernilai dan didengarkan oleh audiensnya. There has to be an exchange of thoughts and ideas. Barulah brand dapat menciptakan dan menghadirkan apa yang dibutuhkan serta diinginkan oleh target audiens khususnya para prioritas.
Pemasaran yang menyasar generasi z memiliki 5 prinsip yaitu Identity, Trust, Relevance, Possibility dan Experience. Yuk kita pahami elemen di dalamnya.
1. Identity
Brand memerlukan identitas yang menarik bagi kaum muda, it’s beyond your service, product or even packaging. Sesuatu yang menunjukkan siapa brand tersebut dan apa yang brand bawa kepada generasi Z sehingga menjadi pembeda yang kuat diantara kompetisi merek.
Brand identity adalah bagaimana kita memandang brand secara internal dan bagaimana brand diingat oleh konsumen mereka. Brand harus mempelajari perspektif generasi Z dalam memandang dunianya, siapa preferensinya dan apa motivasinya. Ketiga hal inilah yang membantu kita untuk lebih mendalami mereka dalam menciptakan sebuah layanan.
Terkadang, brand beridentitas jelas juga mengalami tantangan oleh kompetisi, fluktuasi pasar, pergeseran tren dan semacamnya. Oleh karena itu brand perlu melihat kembali core value, beliefs dan personality. Brand mengalami perkembangan, tapi tetap harus berada dalam core identity.
Identity checklist – jawab pertanyaan ini.
1. Apa tujuan dari brandmu dan apa yang perlu kamu hadirkan dalam market?
2. Mengapa youth culture harus tertarik dengan brandmu?
3. Ketika kamu melihat core beliefs, apakah beliefs tersebut sejalan dengan kebutuhan dan ketertarikan Gen Z?
4. Is your core promise believable for youth culture? What does your brand do to establish an emotional connection with youth culture?
2. Trust
Membangun kepercayaan adalah hal penting dalam consumer relationship. Transparansi dan keaslian menghasilkan kredibilitas sehingga konsumen memiliki kepercayaan dan loyal terhadap brand. Beberapa Gen Z tidak menyukai brand yang kurang berkemampuan mendengarkan aspirasi, menciptakan produk yang kurang sesuai atau tidak dapat diandalkan serta hanya memanfaatkan gimmick pop culture untuk kenaikan penjualan.
Trust checklist – jawab pertanyaan ini.
1. Mengapa konsumen muda harus mempercayai brand kamu?
2. Apakah kamu membangun hubungan dengan audiens secara proaktif?
3. Apa yang kamu lakukan untuk memperkuat hubungan dengan Gen Z?
4. Apakah kamu transparan tentang praktik bisnismu?
5. Apakah Gen Z melihatmu sebagai mutual (ally) atau otoritas?
3. Relevance
Connect with the culture. Kamu harus terhubung dengan tren, apa yang sedang dibicarakan Gen Z, apa yang menarik mereka secara emosional. Mulai dari pop culture hingga politik, Gen Z menyukai brand yang terlibat percakapan dengan mereka.
Menjadi relevan adalah tentang apa cerita dibelakang brand atau produkmu, nilai unik untuk konsumen, produk yang ditawarkan hingga momen peluncuran. Misalnya Fenty Beauty yang besar bukan hanya karena nama Rihanna, tapi Fenty Beauty berpihak pada diversity atau keanekaragaman kulit perempuan.
Relevance checklist – jawab pertanyaan ini.
1. Apa yang membuat brandmu relevan dengan Gen Z?
2. Apakah produk dan layananmu sudah relevan dengan konsumen muda?
3. Apakah kamu selaras dengan sikap, perilaku dan persepsi yang penting bagi audiensmu?
4. Apakah brandmu mudah diakses oleh Gen Z kapanpun dan dimanapun mereka membutuhkannya?
5. Apakah brandmu terhubung dengan pihak-pihak yang menginsipirasi mereka?
6. Apakah brandmu membantu untuk meningkatkan status dan membangun komunitas?
4. Possibility
Gen Z is at a stage of their lives where possibility surrounds them. Mereka masih mencoba mencari tahu siapa mereka, ingin menjadi siapa, dan bagaimana terlihat keren di lingkungan sosial. Gen Z sangat memerlukan inspirasi dan petunjuk, maka dari itu brand dapat menyediakan opsi dan peluang untuk membuat Gen Z bergerak maju dan menemukan jati dirinya melalui produk yang berdampak baik pada kehidupan mereka selanjutnya.
Possibility checklist – jawab pertanyaan ini.
1. Apakah kamu tahu apa yang memotivasi audiens muda? Bagaimana brandmu dapat mendukung kebutuhan mereka?
2. Apakah kamu membantu kaum muda untuk menemukan jati diri dan kesempatan baru?
3. Bagaimana brandmu dapat menjembatani kesenjangan antara kultur muda dan saat ini
4. Bagaimana brandmu menginspirasi Gen Z untuk menghadapi tantangan?
5. Apa yang kamu lakukan untuk mendorong kaum muda dalam mencapai mimpinya serta mulai membangun masa depannya?
5. Experience
Gen Z ingin dikelilingi oleh pengalaman yang membuat mereka merasa hidup dan terhubung. Mereka ingin menjadi bagian dari percakapan, bukan hanya sekadar bicara. Pengalaman yang baik dengan Gen Z akan membangun komunitas, mendorong interaksi dan membangun loyalitas merek.
Experience checklist – jawab pertanyaan ini.
1. Apakah kamu menyediakan pengalaman tak terlupakan untuk kaum muda di lingkungan sosial, digital dan dunia nyata? Are you providing memorable experiences?
2. Apa yang kamu lakukan untuk membangun komunitas dan menciptakan kepemilikan untuk kaum muda?
3. Bagaimana kamu memanfaatkan hubungan dengan influencer atau selebriti untuk memperkuat brand experience ke audiensmu?
4. Jika kaum muda memiliki pengalaman yang kurang baik dengan brandmu, apa langkah yang kamu ambil untuk mengubah interaksi dengan mereka?
5. Apakah brand experience yang kamu tawarkan sudah sejalan dengan karakter Gen Z?
Sudahkah kamu terhubung ke Gen Z dengan prinsip – prinsip di atas Briefee? Jika belum, yuk dimulai! 😊