Publik Indonesia dikejutkan oleh pesan sederhana dari HMNS Perfume yang mengangkat isu tentang eksploitasi Raja Ampat Papua. Dalam video berdurasi 1 menit 32 detik, mereka menyampaikan kekecewaannya melalui narasi yang menggambarkan kurang bijaknya keputusan pemerintah terhadap pembangunan perusahaan Nikel di wilayah Papua, dimana hal tersebut dapat merusak ekosistem biota laut dan lingkungan sekitar.
Pesan ini tak hanya viral—tapi juga membuka percakapan luas tentang pentingnya melestarikan lingkungan dan menjaga kekayaan alam Indonesia dari bisnis yang kurang memiliki nilai keberlanjutan. Inilah salah satu contoh kekuatan narasi public relations yang berakar pada nilai dan keaslian, dimana sebuah brand mampu menyampaikan pemikiran serta membangun koneksi nyata dengan audiensnya terkait sebuah isu.
Lebih dari sekadar viral: PR kini butuh cerita yang tulus
Dahulu, keberhasilan PR sering diukur dari jumlah liputan media atau seberapa besar kampanye menyebar. Tapi hari ini, audiens tidak hanya mencari yang viral, mereka mencari yang bermakna.
Kita pernah hidup di zaman ketika satu meme bisa mendunia dalam hitungan jam. Tapi begitu gelombang itu surut, hanya brand yang punya nilai dan cerita otentik yang tetap diingat.
Maka dari itu, Public relations modern bukan lagi tentang membuat sensasi, tapi membangun relasi.
Alasan keaslian Jadi aset penting bagi Public Relations
Menurut Edelman Trust Barometer, lebih dari 70% konsumen global mengatakan mereka hanya akan mendukung merek yang dianggap tulus dan memiliki nilai yang jelas.
Selain itu, di tengah banjir informasi, orang tidak hanya ingin mendengar. Mereka ingin dilibatkan.Itulah mengapa strategi PR di era digital harus berubah dari komunikasi satu arah menjadi percakapan dua arah misalnya melalui komunikasi media sosial hingga mendengarkan keluhan – disitulah kepercayaan mampu dibangun.
Audiens bukan lagi sosok individual, melainkan komunitas yang berperan menggerakkan dan menempatkan brand pada posisi yang lebih bermakna sehingga berpengaruh pada angka penjualan produk yang ditawarkan. Sebab, koneksi yang tulus akan mempertahankan loyalitas pelanggan.
Public Relations Bukan Lagi Panggung, Tapi Percakapan
Di era digital PR bukan soal tampil megah, tapi terhubung secara nyata. Audiens menjadi bagian dari cerita yang memiliki nilai untuk diperjuangkan, bukan hanya sekadar pembeli produk yang brand jual.
Mereka bagian dari cerita. Mereka ingin tahu nilai-nilai apa yang kamu perjuangkan, bukan sekadar produk yang kamu jual. Maka dari itu, inilah cara sederhana untuk mengimplementasikan strategi public relations:
- Bangun cerita yang otentik
- Ajak audiens untuk ikut bicara
- Konsisten di setiap kanal
- Hadir di momen penting sosial dan komunitas
- Jangan hanya ingin viral, ingin relevan
Public relations saat ini bukan soal siapa yang paling banyak dibicarakan—tapi siapa yang paling bisa dipercaya. , Faktanya adalah di tengah dunia yang makin skeptis, brand yang autentik dan bernilai akan selalu punya tempat di hati konsumennya
Jadi, apakah brandmu siap menyusun cerita yang nyata? Bukan hanya demi dilihat, tapi agar benar-benar dikenang?