Para ilmuwan atau akademisi pada kajian komunikasi telah banyak mengembangkan teori komunikasi interpersonal yang bertujuan untuk memahami bagaimana individu berinteraksi.
Komunikasi interpersonal sendiri dapat diartikan sebagai bentuk penyampaian pesan yang melibatkan 2 orang atau lebih dan bersikap interdependensi (saling bergantung dan memengaruhi).
Artikel ini akan membahas beberapa contoh teori komunikasi interpersonal disertai dengan contoh fenomena praktisnya. Yuk, simak!
Macam-Macam Teori Komunikasi Interpersonal
Berikut penjelasannya:
1. Teori Pertukaran Sosial (Social Exchange Theory)
Social exchange theory adalah teori komunikasi interpersonal yang mengasumsikan bahwa seluruh bentuk hubungan antarpribadi memiliki nilai ekonomis.
Jadi pada intinya, masing-masing individu akan saling mencari keuntungan dan manfaat saat berhubungan dengan individu lainnya.
Jika suatu hubungan dirasa lebih banyak menimbulkan kerugian dibanding keuntungan, maka individu tersebut cenderung akan meninggalkannya.
Contoh praktis dari teori ini adalah seorang memutuskan untuk meninggalkan pasangannya karena merasa bahwa pasangannya tersebut malah menjadi beban bagi dirinya.
2. Teori Penetrasi Sosial (Social Penetration Theory)
Asumsi dasar dari teori penetrasi sosial adalah bahwa dalam berhubungan dengan individu lain, manusia akan bergerak dari komunikasi yang sifatnya dangkal menjadi yang lebih intim dan mendalam.
Menurut teori ini, tahapan pembentukan hubungan dianalogikan dengan lapisan dalam bawang merah dari yang terluar hingga paling dalam.
Pada awal berkenalan, masing-masing individu mungkin hanya akan membuka sedikit informasi tentang dirinya. Namun semakin lama hubungan berjalan, mereka akan mulai membuka diri menjadi lebih intim lagi.
Contoh dari teori ini dapat kita lihat pada orang yang berpacaran. Pada mulanya, nereka mungkin hanya membicarakan topik umum seputar hobi, pekerjaan, atau makanan favorit.
Namun, semakin mereka mengenal lebih jauh, percakapan mereka pun mulai menyentuh hal-hal yang lebih pribadi dan sensitif.
3. Teori Pengurangan Ketidakpastian (Uncertainty Reduction Theory)
Teori komunikasi interpersonal selanjutnya adalah uncertainty reduction theory, yang menjelaskan bahwa individu akan berusaha mengurangi ketidakpastian saat pertama kali bertemu.
Sebab, tiap individu memiliki latar belakang dan harapan yang berbeda-beda mengenai kejadian interpersonal. Jadi, mereka akan merasa cemas akibat ketidakpastian yang mungkin terjadi ketika bertemu orang baru.
Alhasil, ketika bertemu dengan orang baru, mereka akan berusaha mengurangi ketidakpastian dengan mengumpulkan informasi tentang satu sama lain melalui percakapan atau observasi.
Contohnya adalah pada saat pertama kali bertemu dengan orang lain, individu cenderung akan bertanya hal-hal mendasar, seperti pekerjaan dan hobi, untuk membuatnya merasa lebih nyaman dan memahami lawan bicara.
4. Teori Pelanggaran Harapan (Expectancy Violation Theory)
Saat berinteraksi dengan individu lain, setiap orang tentunya memiliki ekspektasinya sendiri dalam sebuah situasi atau interaksi.
Nah, ketika ada perbedaan dengan apa yang diekspektasikan dengan apa yang sebenarnya terjadi, maka hal ini disebut pelanggaran harapan.
Alhasil, ketika terjadi pelanggaran harapan, akan timbul reaksi tertentu, bisa berupa penyesuaian ekspektasi, perubahan hubungan antar-individu, dan lain sebagainya.
Contoh yang menjelaskan teori ini adalah misalnya, kamu ingin melamar pacarmu dan berekspektasi bahwa pasanganmu akan menerima lamaranmu.
Namun ternyata, pasanganmu justru menolaknya. Hal ini pun membuatmu kaget dan sedih karena apa yang terjadi tidak sesuai dengan ekspektasimu.
5. Manajemen Makna Terkoordinasi (Coordinated Management of Meaning/CMM)
Coordinated management of meaning adalah teori komunikasi interpersonal yang menjelaskan bahwa setiap individu menetapkan aturan interpretasi (bagaimana memahami pesan) dan aturan produksi (bagaimana menghasilkan pesan) saat berkomunikasi.
Aturan-aturan ini didasarkan pada pengalaman, nilai, dan konteks sosial mereka. Jadi ketika berkomunikasi dengan individu lain, orang-orang mengacu pada aturan tersebut untuk mencapai koordinasi makna dengan yang lainnya.
Contohnya yaitu misalnya, dua orang yang berasal dari budaya berbeda sedang berbincang-bincang. Masing-masing dari mereka tentu membawa pengalaman, nilai, dan pandangan dunia mereka ke dalam percakapan.
Seiring berjalannya dialog, mereka berusaha untuk saling memahami dengan menyesuaikan cara berkomunikasi, memperjelas maksud, dan membentuk pemahaman bersama.
6. Teori Interaksi Simbolik (Symbolic Interactionism Theory)
Menurut teori interaksi simbolik, individu membentuk makna dalam proses komunikasi, dan akan bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna tersebut.
Makna tersebut dibentuk melalui penggunaan simbol-simbol, seperti bahasa, dan interpretasi individu terhadap simbol tersebut.
Interpretasi seseorang terhadap sesuatu umumnya akan berbeda karena individu menciptakan makna berdasarkan pengalamannya di masa lalu.
Misalnya, seorang laki-laki memberikan senyuman kepada dua teman perempuannya. Perempuan pertama merasa senang karena ia menafsirkan senyuman tersebut sebagai tanda keramahan dan ketertarikan.
Namun, perempuan kedua merasa tidak nyaman atau curiga karena pengalamannya di masa lalu membuatnya memandang senyuman sebagai simbol yang ambigu atau bahkan manipulatif.
7. Teori Disonansi Kognitif (Cognitive Dissonance Theory)
Teori komunikasi interpersonal selanjutnya adalah cognitive dissonance theory, yang menjelaskan bahwa seseorang akan mengalami konflik diri saat ada ketidakcocokan antara sikap, perilaku, dan keyakinan.
Konflik diri yang dimaksud di sini bisa berupa perasaan cemas, khawatir, atau bingung, yang akhirnya menimbulkan ketidaknyamanan.
Teori ini berasumsi bahwa individu akan cenderung menghindari adanya ketidakselarasan ini dengan mengambil tindakan yang dapat diukur atau dinilai objektif oleh orang lain.
Contohnya, seseorang suka minum alkohol saat sedang stres meskipun dirinya tahu bahwa minuman tersebut bisa menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan.
Namun, ia mencoba merasionalisasi perilakunya dengan meyakinkan diri bahwa minum alkohol juga memiliki dampak positif karena dapat meredakan stres.
8. Teori Dialektika Relasional (Relational Dialectics Theory)
Teori dialektika relasional menjelaskan bahwa dalam hubungan, selalu ada ketegangan yang konstan antara keinginan-keinginan yang saling bertentangan.
Ketegangan ini disebut sebagai dialektika, dan mereka adalah bagian alami dari hubungan. Nah, hubungan yang baik adalah yang bisa menyeimbangkan ketegangan-ketegangan ini.
Jadi, ketengangan ini tidak bisa dihilangkan, melainkan perlu dikelola dengan terus bernegosiasi dan menemukan keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan yang berlawanan untuk menjaga hubungan tetap sehat dan memuaskan.
Misalnya, dalam menjalani hubungan romantis, seseorang ingin hubungan yang tetap stabil. Namun di saat yang sama, ia ingin sesuatu yang baru dan berbeda.
9. Teori Kognitif Sosial (Social Cognitive Theory)
Teori kognitif sosial berasumsi bahwa dalam berperilaku, seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor yang saling berhubungan secara timbal balik, yaitu perilaku, kognitif, dan lingkungan.
Jadi, individu mempelajari perilaku melalui observasi terhadap orang lain, sehingga ia akan menirukan perilaku orang di sekitarnya.
Misalnya, seorang ayah mengajari anaknya bagaimana cara mengenakan pakaian. Setelah beberapa kali pengulangan, sang anak pun sudah bisa mengenakan pakaian sendiri dengan meniru apa yang diajarkan ayahnya.
Teori ini juga sedikit banyak membahas tentang efek media massa terhadap khalayak pada level individu. Misalnya, seorang individu mempelajari bagaimana cara memasak nasi goreng melalui video YouTube yang dilihatnya.
10. Teori Produksi Pesan (Action Assembly Theory)
Teori produksi pesan menjelaskan seseorang mengelola aspek kognitif (berdasarkan pengetahuan dan pengalaman masa lalu) pada pikirannya untuk membuat dan menyampaikan pesan.
Ketika seseorang berkomunikasi, ia berpikir untuk memutuskan apa yang akan dikatakan dan bagaimana cara mengatakannya.
Jadi, otak manusia tidak asal memilih kata, tetapi melalui proses berpikir yang panjang agar pesan bisa sampai dengan baik ke orang lain.
Bayangkan kamu ingin confess kepada orang yang kamu sukai. Nah, sebelum kamu menyatakannya, otakmu seperti dapur yang sibuk.
Di dapur ini, kamu memilih kata yang harus disampaikan, serta ekspresi dan nada bicara yang akan dikeluarkan dengan harapan respon tertentu. Proses memilih dan menyusun bahan-bahan ini adalah cara kamu “memproduksi” pesan.
Itulah dia penjelasan lengkap tentang macam-macam teori komunikasi interpersonal, mulai dari social exchange theory hingga teori produksi pesan.
Apakah kini kamu sudah mulai memahami teori-teori tersebut? Jangan lupa baca artikel menarik lainnya seputar Ilmu Komunikasi di website Stories from BRIEFER, ya!