Salah satu isu yang sedang banyak dibicarakan akhir-akhir ini adalah kasus penembakan Donald Trump saat dirinya tengah berpidato untuk urusan kampanye.
Ternyata, banyak yang menilai bahwa insiden tersebut adalah hasil rekayasa dan merupakan bagian dari strategi kampanye politik Trump. Apakah benar? Simak selengkapnya dalam artikel ini, ya!
Siapa Donald Trump?
Donald John Trump atau yang biasa dikenal dengan Donald Trump merupakan mantan presiden Amerika Serikat ke-45 yang menjabat dari tahun 2017 sampai 2021.
Dikenal sebagai tokoh politik yang populis, proteksionis, isolasionis, dan nasionalis, Trump berasal dari Partai Republik. Ia berhasil menang atas Hillary Clinton, calon dari Partai Demokrat, pada pemilihan presiden AS 2016.
Trump adalah presiden AS satu-satunya yang pernah dimakzulkan dua kali, yaitu pada tahun 2019 dan 2021. Banyak akademisi dan sejarawan juga menilai Trump sebagai presiden terburuk dalam sejarah Amerika.
Pada tahun 2020, Trump mencalonkan diri kembali dalam pemilihan umum Presiden AS. Namun, ia kalah dari Joe Biden dari Partai Demokrat.
Kini, Trump mencalonkan diri lagi dalam pemilihan umum Presiden AS tahun 2024 dari Partai Republik, yang digadang-gadang akan kembali melawan Joe Biden.
Kronologi Kasus Penembakan Donald Trump
Pada Sabtu, 13 Juli 2024 lalu, Trump melakukan kampanye di lapangan Butler Farm Show yang berada di negara bagian Pennsylvania.
Ia memulai pidatonya pada sekitar pukul 17.00 dengan membahas kebijakan presiden Joe Biden dan situasi negara Amerika saat ini.
Pada sekitar pukul 18.00, terdengar suara tembakan yang membuat Trump menghentikan pidatonya. Setelah itu, ia memegangi telinga kanannya dan menunduk ke belakang podium.
Ternyata, tembakan tersebut menargetkan Trump yang sedang berpidato. Namun, tembakan tersebut meleset dan mengenai telinga Trump. Darah terlihat mengalir dari bagian atas daun telinganya.
Tak berapa lama, beberapa agen Dinas Rahasia AS bergegas naik ke podium tempat Trump berpidato dan segera membentuk barikade perlindungan di sekeliling Trump.
Setelah seorang agen berkata “Penembak dilumpuhkan,” para agen pun membantu Trump berdiri. Trump kemudian mengepalkan tangannya dan mengacungkannya ke udara, yang kemudian disambut sorak-sorai pendukung.
Adapun pelaku penembakan diketahui merupakan seorang pria berusia 20 tahun bernama Thomas Matthew Crooks. Ia ditembak mati di tempat kejadian oleh agen Dinas Rahasia.
Berdasarkan catatan pemilihan negara bagian, Crooks terdaftar sebagai anggota Partai Republik. Ia juga mempunyai keanggotaan di sebuah klub menembak lokal.
Insiden penembakan ini menewaskan seorang peserta kampanye yang merupakan petugas pemadam kebakaran, sementara dua orang lain mengalami luka kritis.
Setelah kejadian tersebut, Biden mengungkapkan belasungkawa dari Gedung Putih dan menyebut bahwa insiden ini merupakan ancaman demokrasi.
Bagian Strategi Kampanye atau Insiden Penembakan Nasional?
Insiden penembakan Donald Trump menimbulkan kegemparan, terutama di dunia maya. Beberapa ahli memprediksi kejadian ini justru akan menguntungkan Trump karena banyak orang yang beralih mendukungnya.
Tak jarang pula teori konspirasi yang menyatakan bahwa Joe Biden mungkin merupakan dalang yang memerintahkan penembakan Trump.
Apalagi, sebelum penembakan terjadi, sebagian besar jajak pendapat memperlihatkan bahwa elektabilitas Trump sudah mengungguli Biden.
Namun di sisi lain, banyak yang menilai bahwa insiden penembakan ini merupakan rekayasa dan bagian dari strategi kampanye Trump.
Pasalnya, usai penembakan terjadi, Trump terlihat tidak panik, bahkan masih sempat berteriak melalui mikrofon sambil mengepalkan tangan ke udara.
Selain itu, seorang agen dari Dinas Rahasia juga sangat sigap dalam menembak mati pelaku setelah penembakan terjadi.
Sebenarnya sebelum penembakan, banyak saksi mata melihat dengan jelas ada orang bersenjata di atap sebuah gedung yang berada tidak jauh dari tempat Trump berpidato.
Oleh karena itu, hal ini juga menimbulkan kecurigaan tentang adanya orang dalam, sebab bagaimana bisa agen Dinas Rahasia AS membiarkan orang bersenjata berada tidak jauh dari Trump.
Jadi, tak jarang orang yang berpendapat bahwa penembakan tersebut justru merupakan strategi kampanye politik Trump agar lebih unggul dari lawannya.
Namun, jika diperhatikan lagi rekaman saat Trump tertembak, terlihat bahwa peluru tersebut benar-benar sangat dekat dengan kepala Trump.
Sebuah kebetulan ketika Trump menengok ke arah kanan tepat sebelum peluru mengenainya, membuat peluru tersebut pun meleset. Oleh karena itu, banyak yang menganggap kejadian ini terlalu berisiko untuk direkayasa.
Bagaimana menurutmu, Briefee? Apakah kejadian tersebut ternyata direkayasa dan direncanakan oleh Trump sendiri, atau merupakan insiden penyerangan nasional?