BRIEFER Rilis Hasil Survei Jurnalis Indonesia 2024, Responnya Mengejutkan!

selective focus photography of magazines

BRIEFER, platform kolaborasi industri komunikasi, merilis hasil Survei Jurnalis Indonesia 2024 yang melibatkan sekitar 125 partisipan jurnalis nasional. Survei menghasilkan fakta-fakta mengejutkan nan menarik, salah satunya 35,9% jurnalis mengaku pernah mendapatkan tugas untuk menjadi ‘sales’ demi mendapatkan klien bagi perusahaan media.

Survei Jurnalis Indonesia 2024 dilakukan sepanjang periode 18 hingga 26 Maret 2024. Survei ini menggali kemampuan atau kompetensi dasar jurnalis, kesejahteraan, hingga mengenai praktik hubungan media terkini yang berguna bagi praktisi komunikasi. Jurnalis yang menjadi partisipan berasal dari media cetak, online, televisi, radio dan konvergen.

Aditya Sani, CEO BRIEFER mengungkapkan bahwa hubungan antara praktisi komunikasi dengan media dan jurnalisnya saat ini harus semakin personal. “Survei ini kami lakukan untuk menggali dan akhirnya membantu praktisi komunikasi mempelajari berbagai fakta baru yang terjadi di industri media sehingga dapat menentukan langkah yang tepat dalam mendesain program komunikasi yang kolaboratif dengan media dan para jurnalis tersebut.”

Sebagai informasi, demografi responden terdiri atas 34,4% jurnalis perempuan dan 65,6% jurnalis laki-laki dengan jangkauan usia 20-25 tahun (14,1%), 26-30 tahun (35,2%), 31-35 tahun (27,3%), 36-50 tahun (23,4%). “Sementara itu, domisili kerja para jurnalis tersebar di wilayah seperti Jabodetabek, Bandung dan sekitarnya; Jogja, Solo, Semarang dan sekitarnya; Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Malang dan sekitarnya; Bali, Lombok dan sekitarnya; dan wilayah luar Jawa dan Bali,” tutur Aditya.

Sebagian besar jurnalis (40,6%) yang mengikuti survey, tambah Aditya, memiliki usia kerja antara 8 tahun sampai dengan 10 tahun, 19,5% berusia kerja 6 tahun sampai dengan 8 tahun, 11,7% berusia kerja 4 tahun sampai dengan 6 tahun, 14,1% berusia kerja 2 tahun sampai dengan 4 tahun dan sisanya 14,1% berusia kerja 0 sampai dengan 2 tahun.

“Jurnalis masa kini ternyata dibekali beberapa training guna menunjang kemampuan di lapangan seperti penulisan, public speaking, jurnalistik video, content creation, storytelling, SEO dan sejenisnya. Ini sejalan dengan kebutuhan format media yang semakin konvergen berupa tulisan, foto dan video. Maka, tak heran apabila para jurnalis jadi memiliki potensi karir lainnya selain di bidang jurnalistik,” ungkap Aditya. Setidaknya, imbuh Aditya, ada 47,1% jurnalis tertarik menyebrang jadi public relations/ corporate communication, lalu diikuti dengan staf ahli bagi politisi dan mendirikan agensi konten.

“Kami berharap, survei ini bisa menjadi insight bagi pemangku kepentingan, baik media, pihak swasta, pihak pemerintah agar terus memperhatikan kesinambungan industri media, dan kesejahteraan jurnalis yang dalam perjalanan panjangnya telah menjadi mitra berharga untuk menyebarkan informasi kepada masyarakat Indonesia,” tutup Aditya.

Pada survei yang diikuti oleh jurnalis tulis, foto hingga video dari berbagai desk liputan ini menyoroti beberapa fakta menarik dari industri media antara lain:

  1. Sebanyak 27,3% jurnalis merasa tidak memiliki potensi untuk naik jabatan. Sementara 72,7% merasa berpotensi untuk naik jabatan sebagai redaksi media. Di saat yang bersamaan, 47,3% jurnalis memiliki aspirasi untuk menjadi inhouse PR/ Corporate Communications, dan 20% jurnalis memiliki aspirasi untuk menjadi staf ahli bagi politisi.
  2. Sebagian besar jurnalis (86,7%) memiliki target untuk mengumpulkan 10 artikel per hari. Sementara, 14,4% jurnalis memiliki target untuk mengumpulkan lebih dari 11 artikel per hari.
  3. Menurut pengakuan para jurnalis, 47,7% perusahaan media mengadakan pelatihan internal setiap 6-12 bulan sekali, 35,9% perusahaan media mengadakan setiap 3 bulan sekali, sementara 16,4% tidak pernah mengadakan pelatihan internal. Yang menarik, sebanyak 34,4% perusahaan media tidak memberikan pelatihan bagi jurnalis yang mengalami rotasi desk liputan.
  4. Sebanyak 76,3% perusahaan media memfasilitasi sertifikasi kompetensi jurnalis. Dari 128 responden, 42,2% jurnalis mengaku tersebut telah tersertifikasi. Sedangkan 49,2% lainnya baru berencana untuk mengambil sertifikasi.
  5. Perihal perangkat kerja, 45,3% perusahaan media menyediakan laptop, smartphone dan bahkan tripod; 24,2% perusahaan media hanya menyediakan laptop; dan 30,5% meminta jurnalisnya untuk membawa peralatan kerja sendiri.
  6. Perihal kesejahteraan pekerjaan, mayoritas perusahaan media (71,9%) menyediakan tunjangan liputan harian di dalam kota tergantung pada lokasi liputan. Sementara 83,6% perusahaan media memberikan tunjangan liputan, akomodasi dan transportasi di luar kota. Meski demikian sebagian kecil jurnalis lainnya tidak mendapatkan fasilitas tunjangan tersebut dari perusahaannya.
  7. 53,9% jurnalis ternyata memilih sepeda motor sebagai moda transportasi utama, 23,4% mengaku memilih menggunakan transportasi online (gojek/ grab/ maxim/ dan sebagainya), 14,4% jurnalis memilih moda transportasi umum (bus/ mikrolet/ angkot) dan 8,6% menggunakan mobil pribadi.
  8. 70,3% jurnalis sepakat bahwa cara yang terbaik atau ternyaman untuk menghubungi mereka perihal keperluan peliputan dan pengiriman berita adalah melalui jalur pribadi di jam berapapun dan kapanpun, selama informasi yang diberikan tersebut memang penting dan newsworthy.
  9. Sebanyak 68% jurnalis mengaku pernah mendapatkan siaran pers berbentuk video dan dilengkapi dengan transkrip. Di saat yang sama, 51,6% jurnalis merasa bahwa format siaran pers berbentuk video merupakan inovasi yang dapat membantu mereka dalam peliputan.
  10. Mayoritas jurnalis berpendapat bahwa siaran pers dari agensi PR atau Korporasi yang layak untuk ditayangkan adalah siaran pers yang aktual, informatif dan komprehensif, berdampak luas bagi khalayak, tidak bersifat komersial, menjawab isu atau peristiwa yang tengah terjadi disertai narasumber yang kredibel.
  11. 35,9% jurnalis mengaku pernah mendapatkan tugas untuk menjadi ‘sales’ demi mendapatkan klien bagi perusahaan media. Tugas tersebut bagi sebagian kecil jurnalis dianggap mengganggu kerja mereka, namun di sisi lain bagi sebagian kecil lainnya tugas tersebut menjadi pendapatan tambahan.
  12. Jurnalis berpendapat bahwa hubungan keberlanjutan itu penting, maka dari itu cara terbaik bagi Agensi PR dan/atau Korporasi menjalin hubungan baik dengan mereka adalah melalui komunikasi yang terjaga lewat pertemuan kasual, kegiatan gathering rutin, kolaborasi hingga menghargai profesionalitas dan integritas profesi

____

Untuk membaca insights dalam format yang lebih lengkap, silakan klik link berikut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *