Pujian di Masa Kini: Hal yang Baik atau Justru Toksik?

Kita kerap diberitahu bahwa pujian memberikan banyak dampak positif. Pujian untuk anak saat mendapat nilai 100, pujian untuk teman karena baju yang dikenakan bagus, hingga pujian kepada karyawan karena berhasil mencapai target.

Dalam hal mendidik anak, orang tua kerap memberikan pujian agar anak merasa percaya diri dan semangat belajar.

Dalam lingkungan pertemanan, pujian yang positif pada teman akan membuat kita lebih disukai orang sekitar.

Pun dalam lingkup kerja, riset mengatakan bahwa pujian dan apresiasi akan membantu karyawan menjadi lebih produktif.

Namun ternyata, ada pendapat mengatakan sebaliknya.

Dalam bukunya yang berjudul Mindset, Carol Dweck berargumen bahwa pujian dan label positif justru berbahaya. Mengapa bisa begitu?

Hal itu karena pujian membuat seseorang terjebak dalam mindset tetap.

Dua Jenis Mindset

Terdapat dua jenis mindset yang dimiliki manusia, yaitu fixed mindset (mindset tetap) dan growth mindset (mindset bertumbuh).

Orang yang ber-mindset tetap percaya bahwa kecerdasan atau hal-hal mendasar lainnya adalah bawaan lahir yang tidak bisa diubah.

Tak hanya itu, mereka juga lebih suka kesuksesan tanpa usaha karena hal itu dapat menjadi bukti bahwa mereka benar-benar berbakat.

Mereka akan selalu mencoba membuktikan diri dan mencari validasi, serta sangat sensitif terhadap kesalahan atau kegagalan.

Jadi, jika sekali gagal, mereka akan sulit untuk bangkit karena berpikir hahwa diri mereka tidak akan mampu melakukannya.

Sebaliknya, orang dengan mindset tumbuh percaya bahwa kecerdasan, kemampuan, dan bakat bisa dikembangkan dan ditingkatkan jika seseorang berusaha.

Jika gagal, mereka hanya akan berpikir bahwa itu adalah salah satu rintangan yang harus dilalui. Jadi, mereka akan bangkit kembali dan mencoba lagi.

Orang yang ber-mindset tumbuh juga berfokus pada proses dan usaha dibandingkan hasil. Sebab menurut mereka, proses dan usahalah yang akan membuahkan hasil positif.

Lantas, Kenapa Pujian Bisa Mendorong Seseorang Memiliki Mindset Tetap?

Orang dengan mindset tetap biasanya akan khawatir, apakah sudah cukup baik? Apakah sudah tampak hebat? Apakah sudah berhasil?

Nah, pujian dari orang lainlah yang membuat seseorang terus berfokus pada hasil dan haus akan validasi.

Mereka akan melakukan sesuatu karena ingin mendapat pujian, dan jika mereka tidak lagi mendapat pujian, mereka akan merasa tidak cukup baik dan gagal.

Berarti, Apakah Kita Tidak Boleh Memuji?

Carol Dweck menawarkan alternatif untuk ini. Jadi, alih-alih memuji orang lain karena kemampuannya, pujilah mereka karena usahanya.

Gagasan ini didukung oleh sebuah penelitian yang menguji dampak pujian terhadap pelajar.

Dalam penilitian tersebut, ada dua jenis pujian yang diberikan, yaitu pujian terhadap kemampuan (seperti misalnya “Wah, nilai matematikamu 100, pintar sekali kamu.”) dan pujian terhadap usaha mereka (seperti misalnya, “Matematikamu 100, kamu pasti sudah berusaha keras.”)

Awalnya, kedua kelompok pelajar benar-benar sama. Namun, setelah memperoleh pujian, hasilnya mulai berbeda.

Pujian terhadap kemampuan mendorong mereka masuk ke mindset tetap. Mereka mulai menolak tugas yang menantang dan tidak ingin melakukan sesuatu yang bisa memperlihatkan kekurangan mereka.

Ketika diberi tugas yang tidak bisa mereka kerjakan, mereka beranggapan bahwa mereka tidak cerdas sama sekali.

Namun sebaliknya, pelajar yang dipuji karena usahanya suka akan tugas yang menantang. Ketika diberi tugas yang sulit, mereka akan berpikir bahwa mereka harus berusaha lebih keras lagi.

Jadi, Apa Kesimpulannya?

Pujian memang dapat memberikan dampak positif. Namun, pujian yang berfokus pada hasil atau kemampuan akan mendorong seseorang menjadi ber-mindset tetap.

Seperti yang telah dijelaskan, mindset tetap membuat seseorang akan berfokus pada kemampuan, hasil, dan validasi. Jika gagal, orang dengan pola pikir ini akan lebih sulit untuk bangkit.

Oleh karena itu, alih-alih berfokus pada kemampuan, pujilah seseorang karena usahanya, karena niscaya, mereka akan berfokus pada proses dan kerja keras.