Photostory: Bercerita Tanpa Kata-Kata

Kegiatan bercerita atau story telling biasanya dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang dirangkai sedemikian rupa hingga membentuk satu cerita. Namun, ada juga istilah dalam jurnalistik bercerita tanpa menggunakan kata-kata atau yang dikenal dengan Photostory. 

Apa itu Photostory?

Dalam jurnalistik, foto biasanya dianggap sebagai alat untuk menggambarkan atau memvisualisasikan sebuah peristiwa. Namun, selain sebagai alat visualisasi, foto juga dapat digunakan sebagai alat untuk bercerita. Inilah yang disebut dengan photostory. 

Ketika bercerita menggunakan foto, tentunya harus ada kesinambungan antara foto yang satu dengan lainnya agar audiens dapat memahami cerita yang ingin dibangun dalam foto tersebut. 

Berbeda dengan fotografi pada umumnya yang hanya menekankan unsur estetika, photostory sangat menekankan unsur cerita yang terdapat dalam sekumpulan foto sekaligus memperhatikan unsur estetika.

Tahapan Dalam Membuat Photostory

  1. Merancang Draft Shot List

Shot List sendiri merupakan konsep atau draft alur cerita mulai dari pembukaan, isi sampai penutup beserta dengan foto seperti apa yang ingin diambil. Biasanya shot list akan memuat beberapa aspek seperti camera angle, camera movement, warna, komposisi gambar, backstory dari foto atau bahkan mood yang ingin dibangun. 

Dengan adanya shot list sendiri kamu akan memiliki gambaran dan perencanaan jelas terkait foto seperti apa yang ingin diambil, memastikan bahwa tidak ada detail yang tertinggal dan memastikan semua foto memiliki kesinambungan.

  1. Memotret Bagian Pembuka 

Masuk ke bagian yang menyenangkan nih dimana Briefee sudah mulai hunting-hunting foto. Untuk bagian pembuka, shot yang biasanya akan dipakai adalah establish shot guna menonjolkan atau memberikan penjelasan terkait waktu dan tempat.

Penting untuk menjelaskan latar waktu dan tempat dari foto yang diambil supaya audiens memiliki gambaran awal dan dapat membayangkan cerita seperti apa yang ingin dibangun. Mood atau suasana cerita juga dapat berhasil terbangun tergantung dari hasil foto yang didapatkan pada bagian pembukaan. 

Selain latar waktu, tempat dan suasana, foto pada bagian pembukaan juga dapat diisi dengan pengenalan tokoh utama cerita dan objek lainnya ya!

  1. Memotret Bagian Isi 

Lanjut, ke bagian isi. Pada bagian ini, Briefee dapat memotret lebih detail lagi terkait tokoh utama cerita dan objek lain yang mendukung cerita, seperti aktivitas yang dilakukan hingga lingkungan sekitar tokoh utama mengingat biasanya photostory banyak menekankan soal human interest

Shot yang biasanya dipakai dalam bagian ini juga sangat beragam, tergantung dari mood seperti apa yang ingin dibangun. Apabila Briefee ingin menekankan soal kerentanan (vulnerability) seperti korban peperangan, maka Briefee dapat menggunakan high angle atau close up. Apabila ingin menonjolkan kemegahan dari suatu objek, maka wide / low angle dapat digunakan. 

  1. Memotret Bagian Penutup

Sebenarnya, ada banyak jenis ending sebuah cerita, mulai dari open ending, close ending, atau twist ending. Jenis ending yang dipilih juga harus tepat karena dapat berpengaruh pada kesan yang didapatkan oleh audiens. 

Oleh karena itu, fokuslah pada foto-foto yang dapat memberikan konklusi kepada audiens. Misalnya dengan foto detail atau besar untuk merangkum keseluruhan emosi yang ingin disampaikan kepada audiens. 

Beberapa Contoh Dari Photostory

  1. The Price Of Peace In Afghanistan
https://www.worldpressphoto.org/collection/photo-contest/2023/Mads-Nissen-STOY/1

Photostory berjudul “The Price Of Peace In Afghanistan” ini merupakan hasil karya Mads Nissen yang merupakan fotografer asal Copenhagen, Denmark. Dia banyak memotret isu sosial terkait ketidaksetaraan, pelanggaran hak asasi manusia dan kerusakan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan empati dari audiens. 

Pada photostory The Price Of Peace In Afghanistan, Mads Nissen ingin menceritakan tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Afghanistan pada tahun 2022 tepat setelah terjadi penarikan pasukan AS dari Afghanistan.

Tepat setelah penarikan itu, Taliban kembali menguasai Afghanistan yang menyebabkan segala bantuan internasional dihentikan dan aset negara Afghanistan senilai 7-9 miliar dolar dibekukan. Hilangnya kedua sumber pendapatan ditambah dengan Pandemi Covid-19 menyebabkan perekonomian Afghanistan menjadi runtuh dan masyarakatnya hidup dalam kemiskinan. 

  1. Battered Waters 
https://www.worldpressphoto.org/collection/photo-contest/2023/Anush-Babajanyan-LTPA/1

Photostory berjudul “Battered Waters” ini merupakan hasil karya Anush Babajanyan, seorang fotografer yang sebagian karyanya berfokus  pada narasi sosial dan kisah pribadi. Beliau juga merupakan anggota dari VII Photo Agency dan National Geographic Explorer. 

Pada photostory ini, Anush Babajanyan ingin memotret isu sosial yang sedang kontroversial terjadi di Asia Tengah, terkait perebutan pasokan air yang diperburuk dengan adanya krisis iklim. 

Awalnya hubungan kelima negara di Asia Tengah ini berjalan dengan damai. Namun, kekeringan, konflik kebutuhan, kesalahan pengelolaan air, kemerdekaan uni-soviet dan kebangkitan industri privat merusak keseimbangan dalam kerjasama ini. 

Oleh karena itu, Anush Babajanyan ingin memotret bagaimana ketahanan dan perjuangan masyarakat yang tinggal di wilayah ini dalam menghadapi konflik pengelolaan air yang telah terjadi selama bertahun-tahun. Melalui photostory ini juga, Anush Babajanyan ingin meningkatkan awareness khalayak yang lebih luas terkait konflik di Asia Tengah yang kurang disorot publik. 

  1. Saving Forest With Fire
https://www.worldpressphoto.org/collection/photo-contest/2022/Matthew-Abbott-SOY/1

“Saving Forest With Fire” merupakan karya photostory dari Matthew Abbott, seorang yang pernah tinggal di West Arnhem Land, Australia dan berkontribusi baik kepada komunitas lokal. 

Melalui karyanya, Matthew Abbott ingin menceritakan bagaimana penduduk asli Australia melakukan mitigasi terhadap kerusakan akibat kebakaran hutan yang pernah terjadi. Demi meredam kerusakan yang lebih parah di bulan-bulan yang lebih panas dan kering, penduduk asli Australia melakukan pembakaran lahan secara strategis untuk melindungi lingkungan mereka atau yang lebih dikenal dengan pembakaran dingin. 

Pembakaran dingin ini menyebabkan api bergerak secara perlahan dan hanya membakar daerah tertentu saja. Masyarakat setempat percaya bahwa ini merupakan cara tepat untuk meremajakan lahan dan mengurangi kerusakan apabila terjadi kebakaran hutan kedepannya. Tentunya, metode ini sangat dikontrol pelaksanaannya oleh warga setempat guna mencegah terjadinya pembakaran keluar daerah yang tak terkontrol. 

Walaupun kelihatannya sulit, tapi photostory dapat menjadi tools alternatif dalam menyampaikan cerita di era visual karena melalui  photostory audiens dapat terpancing empatinya / emosinya sehingga mampu mendorong terjadinya perubahan.

Yuk kunjungi laman web Stories From BRIEFER dan nantikan update lainnya. See you!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *