Pelajari Neurodiversity, Inklusivitas Untuk Para Kawan “Jenius”

Dalam dunia ini, manusia diciptakan sebagai makhluk hidup dengan keunikannya masing-masing. Keunikan inilah yang menjadikan manusia sebagai makhluk hidup dengan kemampuan dan keterampilan yang juga berbeda-beda. 

Di sekian banyak individu dalam masyarakat, sekitar 15-20% dari populasi mereka merupakan pengidap kondisi ADHD, dyslexia, dyspraxia, dan juga autisme. Kawan-kawan inilah yang dikatakan sebagai orang neurodivergent

Neurodivergent merupakan kondisi seseorang yang mempunyai otak dengan kekuatan dan tantangan berbeda dari otak manusia pada umumnya. Karena adanya keberadaan orang-orang neurodivergent, diskusi mengenai neurodiversity mulai sering dibicarakan. 

Harvard Health Publishing mendefinisikan neurodiversity sebagai “sebuah gagasan bahwa orang mengalami dan berinteraksi dengan  lingkungan sekitar mereka dengan berbagai cara berbeda; tidak ada yang mempunyai cara ‘benar’ dalam berpikir, belajar, dan berperilaku, dan perbedaan tidak dianggap sebagai sebuah hal yang mengurangi nilai tertentu.”

Pembahasan mengenai neurodiversity pada akhirnya menyebabkan adanya peningkatan inklusivitas di berbagai hal, salah satunya di tempat kerja. Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, tempat kerja yang mengedepankan neurodiversity dapat menghasilkan keuntungan perusahaan yang besar. 

Lalu, gimana sih orang-orang neurodivergent dapat menjadi peluang untuk perusahaan?

The National Autistic Society mengatakan bahwa orang-orang yang termasuk dalam spektrum autisme mempunyai berbagai kemampuan berharga atau “bernilai” bagi pekerja. Dengan kemampuan ini, mereka mempunyai peluang bekerja di banyak bidang, dari menjadi programmer sampai sales assistant. 

Biasanya, mereka mahir dalam mengenali pola dan mengidentifikasi ketidakteraturan.  Terlebih lagi, mereka dapat secara terus-menerus fokus pada tugas kompleks yang repetitif dalam jangka waktu lama. 

Selain itu, orang-orang dengan dyslexia mempunyai kecenderungan untuk berpikir lebih kreatif dan inovatif, dimana kemampuan ini sangat bermanfaat untuk perusahaan yang ingin jauh dari cara-cara “tradisional”. 

Perusahaan akan mendapatkan keuntungan di berbagai bidang (misalnya, dalam produktivitas dan inovasi), jika dapat memanfaatkan neurodiversity dan membangun tempat kerja yang inklusif. 

Salah satu laporan JPMorgan Chase juga membuktikan bahwa pekerja dalam inisiatif Autism at Work melakukan kesalahan yang lebih sedikit dan 90% sampai 140% lebih produktif dari pekerja neurotypical

Kira-kira apa yang bisa dilakukan perusahaan untuk mendukung para pekerja neurodivergent?

  1. Membangun tempat kerja inklusif yang sesuai

Perusahaan perlu memahami bahwa tempat kerja yang inklusif tidak secepat dan “semudah” itu untuk dilakukan. Perusahaan harus mengetahui cara yang tepat agar bisa merangkul para pekerja neurodivergent yang tentunya juga bergantung dengan bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. 

Semua pekerja perusahaan harus bisa berinteraksi dan berkomunikasi secara baik. Maka itu, perusahaan dapat melakukan diskusi mengenai cara-cara yang tepat untuk menciptakan tempat kerja yang lebih inklusif dan dapat meruntuhkan stigma di antara pekerja. 

  1. Memahami kebutuhan para kawan neurodivergent 

Setelah perusahaan bisa menciptakan tempat kerja inklusif yang sesuai dengan karakteristik para pekerja, perusahaan juga harus mampu memahami tantangan yang dapat dihadapi oleh para pekerja neurodiverse

Misalnya, lingkungan yang fast-paced tidak selalu kondusif bagi semua orang, jadi pekerja dan organisasi harus berupaya menyesuaikan beberapa hal agar semua orang merasa terdukung saat bekerja. 

Menciptakan tempat kerja yang inklusif merupakan hal penting agar bisa menciptakan tenaga kerja yang produktif dan nyaman dalam bekerja. Hal tersebut juga dapat menghasilkan budaya perusahaan yang positif dan perusahaan yang berkelanjutan. 

Khususnya untuk dapat merangkul para pekerja neurodivergent, perusahaan harus mampu menyesuaikan beberapa hal dalam membangun inklusivitas karena setiap individu mempunyai keunikannya masing-masing. 

Walaupun belum merupakan hal yang biasa di Indonesia, ada baiknya kita melihat sisi terang para kawan neurodivergent terutama di tempat kerja. Memahami dan mengakui adanya neurodiversity di lingkungan kerja dapat menghasilkan banyak keuntungan bagi perusahaan maupun memajukan potensi dari sumber daya manusia kita. 

Yuk ikut rangkul para kawan neurodivergent!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *