Mitos dari Kerja Keras, Belum Pada Tahu Kan?

Sebagai manusia yang dituntut untuk selalu menjadi yang terbaik dan menghasilkan “produk” nyata, kita tidak sadar terbiasa untuk mementingkan kerja keras dalam segala pekerjaan. 

Namun, setelah merasakan betapa sulitnya bekerja dan pentingnya tenaga untuk produktivitas, “kerja keras” tidak sepenuhnya penting dan cukup. Kerja keras yang diberikan untuk pekerjaan yang tepat akan meningkatkan efektivitas kerja dan membuahkan hasil yang lebih sepadan. 

Kita selalu berpikir bahwa “kerja keras” selalu menjadi penyebab dari naiknya gaji, adanya promosi jabatan, atau sekadar pengakuan sosial dari rekan kerja lainnya. Kerja keras tanpa kerja cerdas sebenarnya adalah sebuah kesia-siaan, Briefee.

Kalo gitu, gimana sih cara untuk memanfaatkan “kerja keras” kita dengan benar?

Dalam memanfaatkan usaha dan kerja keras, kita dapat mencontoh kata-kata dari salah satu orang tersukses di dunia, yaitu Naval Ravikant. 

Naval Ravikant mengatakan bahwa sekadar “kerja keras” tidak cukup untuk menggapai kesuksesan. Kerja keras harus diikuti dan didampingi dengan aspek lainnya, yaitu “apa yang dikerjakan” dan “dengan siapa pekerjaan ini dilakukan”. 

Dengan bekerja cerdas, kalian bisa menghemat lebih banyak waktu. Setelah itu, kalian juga harus memilih orang-orang yang tepat untuk melakukan pekerjaan tersebut. Terakhir, seberapa keras usaha yang kalian berikan untuk pekerjaan itu.

Ada baiknya juga untuk selalu memperhatikan relevansi dari pekerjaan yang akan dikerjakan. Semakin relevan pekerjaan tersebut dalam pasar dan untuk diri sendiri, semakin sepadan juga untuk dikerjakan. Pekerjaan yang memberikan peluang diri dalam pasar dan industri juga patut diperhatikan. 

Agar lebih efektif dan tidak membuang-buang tenaga yang telah dikeluarkan, kamu dianjurkan untuk lebih memperhatikan output yang dihasilkan dibandingkan seberapa besar input. 

Kamu dapat mengidentifikasi titik mana saja yang bisa menghasilkan output besar dan efektif. Misalnya, kamu melakukan sekali output yang dapat memberikan upah seharga penghasilan setahun. Dengan ini, kamu paham bahwa usaha yang cukup dapat menghasilkan output yang besar, jika dialokasikan secara tepat. 

Pastinya bukan hal yang mudah untuk mengganti mindset kita terhadap “kerja keras”. Tapi, mindset ini bisa diganti menjadi lebih sederhana dengan pemikiran “the right work will not feel like work”. 

Pemikiran tersebut menggiring kita agar dapat mengerjakan pekerjaan yang tepat dengan usaha yang sesuai. Toh, dalam waktu 8 jam kerja, kamu mungkin hanya bisa fokus dan menghasilkan kreativitas sekitar 3 jam per hari. 

Yuk manfaatkan waktu dan tenaga untuk pekerjaan yang tepat, Briefee!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *