Pernahkah kamu bertanya-tanya, mengapa satu perusahaan mengeluarkan dua produk yang sama dengan nama brand yang berbeda?
Contohnya saja, perusahaan Danone yang memproduksi air mineral AQUA dan Vit, Indofood yang meluncurkan Indomie dan Supermi, serta Wings Group dengan sabun colek Wings dan Ekonominya.
Jika dilihat dari target pasarnya, tentunya kedua produk tersebut sebenarnya menargetkan konsumen yang berbeda. Misalnya, AQUA merupakan air mineral premium yang mematok harga cukup tinggi.
Sementara itu, Vit hadir sebagai saingan dari AQUA, di mana produk ini adalah air mineral dengan harga yang cukup terjangkau.
Nah, strategi ini disebut dengan fighter brand strategy. Jadi, dapat diartikan bahwa fighter brand strategy adalah strategi perusahaan dengan cara meluncurkan produk yang harganya lebih murah dari produk utamanya.
Fighter brand strategy sebenarnya merupakan strategi perusahaan agar tidak kalah saing dengan kompetitor yang menawarkan harga lebih rendah.
Alhasil, kompetitor pun akan kebingungan apakah mereka harus bersaing dengan produk yang punya harga tinggi atau rendah.
Dengan begitu, perusahaan yang menerapkan fighter brand strategy pun akan tetap mengalami untung yang berlipat. Selain bisa menyaingi kompetitor, mereka juga bisa tetap melindungi produk premium mereka.
Tak heran, banyak perusahaan besar di Indonesia yang kini berani menerapkan strategi tersebut.
Lantas, apakah perusahaanmu perlu menerapkan strategi ini?
Tentunya, menerapkan fighter brand strategy tidak mudah. Perlu dilakukan riset pasar dan perilaku konsumen terlebih dahulu jika ingin meluncurkan produk baru. Selain itu, fighter brand strategy juga umumnya tidak bisa dilakukan oleh perusahaan yang skalanya belum besar.
Kekurangan lain yang mungkin saja dialami perusahaan jika menerapkan fighter brand strategy adalah adanya kemungkinan konsumen akhirnya lebih memilih produk baru yang lebih murah dibanding produk premiumnya.
Sebab, konsumen berpikir bahwa kedua produk tersebut berasal dari perusahaan yang sama. Jadi, menurut mereka, untuk apa membeli produk yang mahal. Akhirnya, terjadi efek kanibalisasi.
Karena produk premium dari perusahaan tersebut pun menjadi kurang diminati, hal ini pun nantinya bisa saja berdampak pada kerugian bagi perusahaan. Oleh sebab itu, tentunya diperlukan berbagai pertimbangan sebelum akhirnya memutuskan menerapkan strategi ini.
Nah, apabila perusahaanmu membutuhkan strategi yang tepat untuk memasarkan produkmu, serahkan saja pada BRIEFER!
BRIEFER adalah platform kolaborasi yang bisa menjadi tepat untukmu jika butuh konsultasi di bidang komunikasi.
Di BRIEFER, akan ada banyak spesialis komunikasi berpengalaman yang bisa bantu kamu kembangkan bisnismu. Untuk info lebih lanjut, kunjungi situs web BRIEFER, ya!