The 3rd World Conference on Creative Economy (WCCE), side event Presidensi G20 Indonesia yang diselenggarakan Bali pada tanggal 5 – 7 Oktober 2022 menjadi momentum bagi Indonesia untuk menunjukkan komitmen dan kepemimpinan global dalam sektor ekonomi kreatif.
Acara dibuka oleh Joko Widodo, Presiden RI dengan didampingi oleh Sandiaga Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Retno Marsudi Menteri Luar Negeri RI dihadiri oleh peserta-peserta yang berasal dari 54 negara dan berhasil menyepakati “Bali Creative Economy Roadmap” yang bertujuan menempatkan sektor ekonomi kreatif dalam kebijakan pembangunan ekonomi. Selain itu juga meningkatkan kualitas industri kreatif sehingga berperan signifikan dalam mendongkrak perekonomian negara.
Bali Economy Roadmap terdiri dari 16 langkah aksi penguatan ekonomi kreatif, beberapa diantaranya yaitu :
- Penguatan kontribusi ekonomi kreatif pada SDGs
- Transformasi digital
- Penguatan akses keuangan, kesehatan, keamanan, pendidikan dan pelatihan
- Mendorong ekosistem ekonomi kreatif yang inclusive baik untuk perempuan, generasi muda, komunitas local hingga vulnerable group
- Mendorong penelitian, capacity building, kreatifitas, pendidikan kebudayaan dan inovasi bagi komunitas kreatif
- Membangun kemampuan, pengetahuan dan talenta untuk dunia kerja di masa depan. Selain itu, melakukan standarisasi kemampuan, klasifikasi pekerjaan yang semakin dibutuhkan di industri serta mendukung pertumbuhan non-formal education
Penguatan dan transformasi sektor ekonomi kreatif perlu dilakukan secara merata baik di kota besar maupun di daerah. Sejumlah penelitian mengemukakan bahwa pandemi telah mengubah bisnis dan perilaku konsumen baik secara konsumsi maupun penggunaan media. Oleh karena itu, perlu didukung komunikasi strategis supaya menghasilkan program-program yang tepat bagi pemerintah hingga masyarakat di sektor ekonomi kreatif.
Sayangnya, spesialis komunikasi strategis hanya terpusat di kota besar saja, sehingga menyebabkan kesenjangan kemampuan hingga perekonomian. Guna mendorong ekosistem ekonomi kreatif yang inclusive, maka kita perlu menyediakan kesempatan bagi pihak-pihak bertalenta di daerah baik pekerja muda berpendidikan formal maupun non-formal, perempuan hingga komunitas lokal yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif.
Bagaimana memulainya?
Berdasarkan temuan dari Mckinsey Global Institute, para pekerja menghadapi transisi lebih besar dalam keterampilan yang dibutuhkan untuk menemukan ketersediaan pekerjaan saat ini. Misalnya di Indonesia, kebutuhan pekerja digital marketing semakin lebih banyak karena perlunya strategi relevan guna menjangkau audiens secara online. Selain itu, UMKM menjadi tulang punggung ekonomi pun perlu memahami konten dan media sosial yang cocok untuk memasarkan produk kepada potensial konsumen.
Maka dari itu, dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah dengan DUDI (dunia usaha dan dunia industri) untuk bersama membangun kapasitas kemampuan sumber daya manusia melalui pelatihan kerja dan sertifikasi profesi yang dapat menjadi solusi dalam pemerataan keahlian kerja baik di kota besar maupun di daerah.
Mengapa pelatihan kerja saja tidak cukup dan masih dibutuhkan sertifikasi profesi? Sertifikasi profesi mampu menjadi solusi untuk standarisasi kemampuan yang dapat membantu validasi kompetensi serta membangun kredibilitas profesional pekerja sehingga mampu menaikkan kesejahteraan ekonomi mereka.
Para pekerja kreatif yang telah tervalidasi kini memiliki sejumlah pilihan untuk bekerja baik sebagai tenaga kerja formal di kantor konvensional maupun informal atau freelance melalui platform kerja. Platform ini membantu pemilik bisnis bertemu dengan para pakar atau spesialis komunikasi strategis yang dapat mengerjakan produk-produk kreatif yang dibutuhkan oleh bisnisnya, salah satunya BRIEFER.
Membangun sektor ekonomi kreatif diperlukan kerjasama yang kuat dengan pihak-pihak terkait seperti pemerintah, pelaku usaha, komunitas hingga praktisi-praktisi terkait. Siapkah Anda berkolaborasi?