Pelaku bisnis dan pegiat lingkungan harus memperkuat komunikasi dan saling berkolaborasi untuk menekan dampak negatif dunia usaha terhadap kerusakan alam, yakni melalui penerapan prinsip berkelanjutan secara masif, yang lebih ‘hijau’ dan lestari sebagai respon tantangan perubahan iklim.
Inisiatif tersebut digaungkan dalam acara ‘0% Festival’ yang digelar pada 25-27 Juli 2022 di WORK Coffee Jakarta, Jalan H. Ipin nomor 81, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta. “0% Festival” mengusung tema Responsible Business in Creative Industry, yang merupakan kegiatan untuk memperkuat aksi dan kolaborasi industri kreatif untuk menjaga kelestarian alam, dengan mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan.
Terkait itu, M. Nur Primadiantho, pendiri WORK Coffee Indonesia mengatakan, bahwa “0% Festival” dirancang untuk ‘memprovokasi’ para pegiat industri kreatif untuk lebih peduli terhadap lingkungan dengan menjalankan bisnis berkelanjutan. Yaitu dengan menularkan prinsip 0% Waste 0% Plastic 0% Carbon.
“Kami mengumpulkan pegiat industri kreatif yang bernafaskan lingkungan hidup supaya menjadi ruang diskusi untuk membuat lebih banyak bisnis menerapkan prinsip yang berkelanjutan yang lebih hijau dan lestari. Untuk mendorong mereka agar dapat mengurangi kerusakan alam dari dampak bisnis ke lingkungan. Dengan mengurangi sampah yang dihasilkan atau sedapat mungkin menerapkan prinsip 4R (reduce, reuse, recycle, replace),” tutur pria yang akrab dipanggil Prima tersebut.
Melalui acara ini diharapkan menjadi simpul kolaborasi dan komunikasi antar sesama pelaku usaha. Di mana terjadi pertukaran ide dengan memperlihatkan bisnis-bisnis yang memang sudah menerapkan prinsip berkelanjutan.
“Ke depan, ‘0% Festival’ ini akan kita buat rangkaian yang lebih besar lagi. Kami berharap semua yang turut serta kemudian bisa berkolaborasi secara praktis bisa bertukar ide, gagasan dan pikiran sehingga menjadi penggerak perubahan yang lebih besar,” ujarnya optimistis.
Dalam kesempatan yang sama, Agus Supriyanto, Penyuluh Lingkungan Hidup, dari Direktorat Penanganan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan (KLHK) mengatakan ajang seperti ‘0 Festival’ memiliki inisiatif yang sejalan dengan pihaknya. Di mana pelaku bisnis khususnya kalangan muda mau berusaha menjalankan usaha secara lestari sekaligus mencari solusi atas masalah sampah.
Oleh karena itu pihaknya menjamin semua inisiatif masyarakat yang mau mengurangi sampah akan didukung. Peraturan mengenai pengelolaan sampah juga bertujuan untuk mendukung semua inisiatif masyarakat tersebut. Sebab, untuk menjamin keberlanjutan kehidupan di bumi salah satunya adalah memikirkan tentang aksi minim sampah.
“Kita perlu terus menggaungkan bahwa bisnis yang berkelanjutan saat ini adalah bisnis yang less waste atau minim sampah. Tetapi, kalau kita mau membuat setiap orang untuk berbuat dan mendorong perubahan seperti yang dilakukan Prima Work Coffee, tentu harus dibuat menarik. Jadi, problem yang ada di masyarakat diselesaikan dengan solusi yang bisa menarik bagi publik. Kami di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan siap mendukung untuk kolaborasi yang baik.” ujarnya menegaskan.
Dalam kesempatan tersebut, Arka Irfani, Co-Founder Bell Society– sebuah project berbasis penelitian yang mempromosikan pengembangan kulit bebas hewani yang berkelanjutan– menambahkan pihaknya berharap agar kegiatan semacam ini semakin banyak dilakukan. Di mana bisa mempertemukan para ahli dalam bidangnya dan bisa memberikan banyak masukan bagi pelaku usaha dan pegiat lingkungan hidup.
‘0% Festival’ sendiri menghadirkan para pegiat lingkungan hidup yang juga bergerak di industri kreatif untuk berbagi inspirasi dalam talkshow, workshop, & mini-showcase. Sejumlah pelaku usaha, startup hingga komunitas yang terlibat dalam mini pameran di acara ini yakni Izfill, Biopac Indonesia, Bell Society, Allas.id, Koinpack, Tetrapak, Ruas Lab, Siklus Refill, Jangjo dan Ladang Farm. ‘0% Festival’ merupakan inisiatif dari WORK Coffee Indonesia yang berkolaborasi dengan Greeners.co, Tetrapak, HarvsWork, BRIEFER, Setrim, dengan dukungan dari Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Sementara WORK Coffee Indonesia bertindak sebagai medium pengantar ide untuk menginisiasi usaha-usaha positif untuk dunia yang lebih baik dan berkelanjutan. Inisiatif dalam acara tersebut muncul karena didasari keresahan akan kerusakan alam yang semakin tak terkendali. Di mana Indonesia menempati posisi kedua setelah China sebagai kontributor polutan plastik dunia.
Bahkan Sungai Citarum dikenal sebagai sungai paling tercemar di seluruh dunia, dengan sekitar 3,2 juta metrik ton sampah plastik dihasilkan setiap tahun dan mencemarkan laut Indonesia. Melalui acara ini diharapkan dapat lebih banyak menggerakan elemen masyarakat untuk melakukan kolaborasi dalam menjaga lingkungan.
Sebab, kesadaran umat manusia semakin diperlukan untuk menjaga kelestarian alam untuk menekan perubahan iklim. Kawasan Indonesia sendiri mengalami peningkatan suhu kisaran 1 °C dan dapat bertambah mencapai 3 °C di akhir abad ini.