Sebuah ulasan literatur dari riset yang dilakukan oleh Sera Choi berjudul “Building Relationships through AI-Influencers: The Role of AI-Influencers Product Congruence and Interaction“
Di zaman digital yang semakin berkembang ini, AI (Artificial Intelligence) telah menjadi salah satu teknologi yang paling berpengaruh di berbagai sektor, salah satunya dalam bidang Public Relations (PR). Jika biasanya AI digunakan untuk menganalisis data dalam skala besar atau mengotomatisasi tugas-tugas rutin, dalam bidang PR, muncul istilah influencer-AI.
Influencer-AI adalah manusia buatan yang diciptakan secara digital dengan memanfaatkan perangkat lunak dan algoritma untuk melakukan tugas-tugas yang biasanya dikaitkan dengan influencer manusia. Kemampuan influencer-AI dalam mengumpulkan dan menganalisis data memungkinkan mereka untuk bisa secara efektif menemukan solusi terbaik untuk suatu masalah yang berkaitan dengan konten, bahkan berpotensi melampaui influencer manusia.
Seperti yang kita ketahui, influencer manusia di media sosial telah memiliki peran penting dalam menyebarkan pesan dan mempromosikan produk. Nah, kemunculan influencer-AI tentunya menambah diskursus baru mengenai bagaimana implikasi dan dampaknya dalam praktik PR. Selain itu, kemunculan influencer-AI juga berpeluang menciptakan tantangan dan kekhawatiran baru dalam bidang ini.
Menggunakan desain eksperimen faktorial, Sera Choi dalam risetnya mencoba mengungkap efektivitas influencer-AI dengan menganalisis hubungan antara kesesuaian influencer-AI dengan produk yang dipromosikan, serta bagaimana influencer-AI tersebut berinteraksi dengan audiens. Penelitian ini melibatkan 40 peserta dalam pretest dan 196 peserta dalam eksperimen utama dari berbagai etnis yang aktif menggunakan media sosial.
Dalam eksperimen ini, peneliti membuat akun influencer-AI yang dibuat khusus untuk keperluan riset. Eksperimen dimulai dengan pretest untuk menentukan produk dengan paling sesuai dan tidak sesuai dengan expertise influencer-AI. Peserta kemudian melihat postingan Instagram dari influencer-AI tersebut yang menampilkan produk-produk yang dipromosikan, serta tingkat interaksi yang bervariasi antara influencer-AI dengan audiens di kolom komentar. Setelah itu, peserta diminta untuk menilai kesesuaian produk, interaksi influencer-AI, sikap terhadap produk dan brand, serta niat berbagi informasi positif. Hasilnya digunakan untuk mengevaluasi bagaimana kesesuaian produk dan interaksi influencer-AI mempengaruhi sikap dan perilaku audiens.
Setelah dilakukan analisis data, ditemukan bahwa kesesuaian antara keahlian influencer-AI dengan produk yang dipromosikan, serta tingginya interaksi influencer-AI tersebut dengan audiens, memiliki dampak positif terhadap sikap audiens terhadap produk dan brand, serta niat untuk berbagi informasi positif pada orang lain.
Oleh karena itu, penting bagi praktisi PR untuk memprioritaskan kesesuaian keahlian influencer-AI dengan produk yang dipromosikan, serta interaksi dengan audiens yang efektif untuk membangun hubungan yang lebih kuat, sehingga dapat meningkatkan sikap yang positif dari publik terhadap brand. Meskipun begitu, praktisi PR juga harus tetap mempertimbangkan masalah etika saat berkolaborasi dengan influencer-AI agar tidak menimbulkan masalah atau dampak negatif yang akan memengaruhi citra dan reputasi brand.
Bagi yang tertarik untuk membaca lebih lengkap tentang riset di atas, silakan mengaksesnya melalui link berikut, ya: