Work-life balance di 2023, apakah masih relevan?

Istilah work-life balance digunakan untuk menilai bagaimana pekerja memprioritaskan kehidupan karir dan kehidupan pribadi mereka secara seimbang. Orang yang berhasil mencapai keseimbangan tersebut bisa dibilang telah membangun keseimbangan kehidupan kerja yang baik. 

Hasilnya adalah pertukaran yang adil antara waktu yang didedikasikan untuk bekerja atau mengejar karir mereka dan waktu yang dihabiskan untuk aktivitas yang memuaskan secara fisik dan emosional untuk diri sendiri, keluarga, dan teman.

Untuk mencapainya, kita perlu memahami dulu enam komponen dari work-life balance. Apa saja itu? 

  1. Self management

Kita harus bisa menjadi kapten dari kapal kita sendiri. Kita perlu berhati-hati agar kita bisa mendapatkan tidur yang cukup, olahraga, nutrisi yang terpenuhi, dan perkembangan mental yang dibutuhkan oleh tubuh dan aktivitas kita. Waktu yang kita miliki di bumi itu terbatas, jadi sangat penting untuk mengelola diri dan tujuan kita dengan benar untuk menggapai rasa kebahagiaan dan kepuasan.

  1. Time management

Time management untuk keseimbangan kehidupan kerja yang baik berarti mengetahui apa prioritas kita dan tahu apa yang dapat disesuaikan, atau tidak, dalam jadwal harian kita.

Ada cara yang sangat bagus lho untuk membantu kita dalam mengelola waktu dengan baik. Cara ini disebut sebagai ‘The Eisenhower Matrix’. Prinsip cara ini adalah kita perlu menentukan dan mengerjakan tugas-tugas yang penting terlebih dahulu, menjadwalkan hal-hal yang tidak terlalu mendesak di masa mendatang, serta berhenti mengerjakan tugas-tugas yang tidak penting dan tidak mendesak.

  1. Stress management

Sebagian besar dari kita pasti menghadapi banyak stres di tempat kerja dan dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga sulit untuk beradaptasi dan mengatur diri sendiri ketika berhadapan dengan tekanan yang datang dari segala arah dan lingkungan yang terus berubah dengan cepat. Meskipun banyak teori beredar terkait multi-tasking, untuk kehidupan yang seimbang, baiknya sih untuk mengerjakan suatu hal pada satu waktu dan menghindari untuk melakukan multi-tasking.

  1. Change management

Dunia ini penuh dengan perubahan. Bagi sebagian orang pasti sulit untuk meninggalkan zona nyaman (comfort zone)nya untuk berubah. Nah, hidup di dunia yang selalu berubah secara cepat dimana metode dan teknologi baru selalu ada ini, manajemen perubahan (change management) itu penting sekali lho untuk menjaga keseimbangan. Kita harus mulai mencoba berubah secara bertahap, beradaptasi dengan hal-hal baru tersebut satu persatu. Jangan terlalu cepat juga karena kita mungkin akan kembali ke zona awal ketika kita merasa semuanya terlalu banyak dan membebani.

  1. Technology management

Kita harus bekerja sama dengan teknologi supaya dapat berguna bagi kita melainkan merugikan diri kita sendiri. Temukanlah keseimbangan dalam mempelajari dan menguasai teknologi, tetapi jangan sampai membiarkannya mendominasi diri kita dan membuat kita melakukan hal-hal yang tidak perlu.

  1. Leisure management

Banyak orang memahami work-life balance dengan pembagian yang jelas antara waktu kerja dan waktu senggang. Namun, seperti yang dibahas dalam artikel ini sejauh ini, ada banyak aspek yang harus diperhatikan dalam menjalani kehidupan yang seimbang. Tapi memang, salah satu aspek terpenting adalah waktu istirahat. Istirahat, relaksasi, melakukan aktivitas yang kita sukai, meluangkan waktu untuk mengembangkan dan melatih hobi dan passion kita. Semua hal memainkan peran penting dalam memiliki gaya hidup yang seimbang yang akan membuat kita bahagia.

Tapi mengapa work-life balance itu diperlukan untuk para pekerja?  

  1. Meningkatkan Produktivitas

Kenapa orang-orang yang punya jam kerja tradisional biasanya gak suka hari senin dan bukan jum’at? Karena mereka mungkin tidak terlalu memanfaatkan hari liburnya untuk bersantai dan mencari kesenangan. 

Memulai minggu kerja baru dapat menempatkan kita pada kerangka berpikir yang benar untuk menangani tugas pekerjaan. Saat kita pergi bekerja dengan pola pikir yang bahagia dan lebih positif, motivasi akan terasa lebih banyak untuk bekerja dan mencapai tujuan pekerjaan itu sendiri. Dengan adanya peningkatan motivasi, konsentrasi, dan fokus,  hal itu akan meningkatkan kinerja dan produktivitas menjadi lebih tinggi. So, at the end of the day, let us enjoy our weekends to the fullest so that we wouldn’t feel tired on monday.

  1. Mengurangi Burnout

Sebuah studi baru-baru ini oleh Gallup menemukan bahwa “dua pertiga pekerja full-time mengalami kelelahan saat bekerja” dan 63% lebih mungkin untuk mengambil hari sakit.

Tak bisa dipungkiri kelelahan emosional dan fisik karena pekerjaan yang sangat menumpuk cukup umum terjadi. Burnout juga adalah salah satu alasan mengapa orang-orang selalu ingin berhenti atau resign dari pekerjaannya. 

Saat melakukan tugas dari suatu pekerjaan, kita harus tahu kapasitas dan limit daripada pikiran dan badan diri sendiri. Tak heran beberapa orang memilih pekerjaan yang lebih fleksibel agar dapat mengelola waktu dan kesibukan sesuai tujuan hidup masing-masing. 

3. Tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi

Work-life-balance membuat fisik dan emosional kamu lebih baik sehingga berdampak positif pada performance kerja. 

Kita akan cenderung lebih terbuka untuk berkomunikasi dengan rekan kerja dan terlibat dalam aktivitas di tempat kerja. Kita pun akan lebih bersemangat dan puas dengan pekerjaan kita. Have a positive and open mindset. Love your work, and everything would feel great.

Jadi bisa disimpulkan ya, work-life balance itu masih relevan dan bergantung pada karakter diri serta tujuan hidup masing-masing orang. Kita perlu bisa menakar karir dan kehidupan dengan seimbang, tidak ada yang terlalu sedikit dan tidak ada yang berlebihan.

Tahukah kamu? Untuk berupaya mendapatkan work-life balance, bisa lho untuk mulai bekerja melalui platform seperti BRIEFER dimana kamu bisa bekerja dari mana saja dan menentukan waktu bekerja secara fleksibel. Tentunya harus disertai oleh pengelolaan waktu (time management) yang baik ya! 

Tertarik bergabung? Leave your comment to us, Briefee!