IPPGA 1st WORKSHOP, Santika Seminyak Bali, November 22nd 2022
Ruang-ruang publik mulai diisi dengan konteks penyelenggaraan Pemilu di level nasional, daerah dan legislatif dan para bakal calon dengan kelompok dan kepentingan masing-masing. Berbagai stakeholder, juga dengan kepentingan masing-masing mulai bergerak merapat ke kubu yang berbeda-beda. Ada yang bergerak secara terbuka. Ada yang bergerak secara senyap.
Menurut Survey Litbang KOMPAS Oktober 2022 partai papan atas diisi oleh PDI-P unggul di posisi teratas dengan 21,1 persen suara. Didekati Partai Gerindra di peringkat kedua yang naik tinggi menjadi 16,2 persen dan Partai Demokrat di peringkat ketiga, 14,0 persen.
Sementara di papan tengah, makin kokoh eksistensi pemain baru dari papan bawah, yakni Partai Perindo. Juni lalu Perindo baru meraih elektabilitas 3,3 persen, pada Oktober 2022 ini 4,5 persen. Padahal, hingga survei Oktober 2021, elektabilitas Perindo baru mencapai skor 1,6 persen dan ”merambat” naik ke 2,5 persen pada Januari 2022. Perindo dan Demokrat adalah dua parpol yang mengalami kenaikan elektabilitas cukup menonjol selama dua survei terakhir dan mampu menembus level baru elektabilitas.
Secara keseluruhan, parpol dengan elektabilitas yang meningkat dalam survei kali ini adalah Gerindra (+3,7 persen), Demokrat (+2,4 persen), PKS (+0,9 persen), PKB (+0,2 persen), Perindo (+1,2 persen), dan Nasdem (+0,2 persen). Selain parpol yang mendapat keuntungan elektoral, elektabilitas sejumlah parpol lain menurun. Berturut-turut adalah Partai Golkar (-2,4 persen), PDI-P (-1,7 persen), PAN (-0,5 persen), dan PPP (-0,3 persen).
Pemilu jelas akan berdampak terhadap ekonomi, seperti adanya peningkatan utang nasional yang diambil pemerintah untuk membantu pembiayaan pemilu; terjadinya pengurangan pajak untuk meningkatkan popularitas; atau para industrialis dan pengusaha berusaha menghindari pengambilan keputusan penting selama tahun-tahun menjelang pemilu.
Di saat yang bersamaan profesional bukan hanya di dunia usaha dan dunia industri tetapi juga pemerintahan kini semakin dituntut untuk memiliki kemampuan berkomunikasi publik yang mumpuni, kemampuan mengelola stakeholders dengan political quotient untuk membaca denyut nadi dan kemungkinan-kemungkinan pergeseran ‘lempeng’ kepentingan.
Komunikasi, stakeholders dan reputasi juga menjadi semakin penting di masa banjir informasi. Salah berkomunikasi sedikit saja bisa berakibat fatal bagi organisasi. Salah mengelola stakeholders dapat memicu sentimen negatif baik personal maupun perusahaan pemangku kepentingan.
Karenanya, para pelaku industri, praktisi dan profesional perlu membekali diri dengan kemampuan dasar, mulai dari membangun strategi hingga mengelola para stakeholder; melakukan pengumpulan bahan dan keterangan hingga menganalisa individu dan kelompok pemengaruh dan yang dipengaruhi; serta membangun hubungan kolaboratif yang optimal dengan stakeholder seperti jurnalis dan media untuk mengelola reputasi.
Melalui short workshop ini, kami berharap para pelaku industri, praktisi dan profesional dari berbagai sektor dapat mengantisipasi dampak-dampak jangka pendek dan jangka panjang dari gelaran lima tahunan yang akan segera diselenggarakan.
Materi dan Pembicara:
- Komunikasi, Manajemen Stakeholders dan Reputasi
- Neneng Herbawati (Founder & CEO IGICO Public Affairs Advisory)
- Politik, Kebijakan Publik dan Government Affairs
- Arief Budiman (Government Affairs Practitioners, Chairman of IPPGA)
- Komunikasi Publik dan Media Massa: Kolaborasi?
- I Dewa Ayu Sugiarica Joni, MA (Corp. Comm Practitioners, UDAYANA University)
- Feri Kristianto (Bureau Chief Bisnis Indonesia Bali-Nusra)
Workshop ini cocok untuk:
Pelaku Industri, Praktisi Humas. Praktisi Government Affairs/ Government Relations, Diskominfo/ Divhumas Pemerintahan dan K/L, Jurnalis dan Pelajar
Informasi mengenai registrasi:
bit.ly/IPPGAWorkshop
Informasi mengenai Indonesia Public Policy & Government Affairs Group:
https://linktr.ee/ippga