Jakarta, 8 September 2022 – BRIEFER dan Universitas Pembangunan Jaya menjalin kerja sama untuk mengembangkan bidang komunikasi digital di Indonesia. Kemitraan ini dimulai dengan penandatanganan perjanjian kerjasama (MoA) oleh Chief Executive Officer BRIEFER, Aditya Sani, dan Dekan Fakultas Humaniora dan Bisnis Universitas Pembangunan Jaya, Clara Evi C. Citraningtyas, Kamis (08/09).
Kolaborasi mencakup pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pendidikan, Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat seperti perekrutan akademisi Universitas Pembangunan Jaya (UPJ) sebagai Specialist BRIEFER, penyediaan wadah magang bagi para mahasiswa dan mahasiswi hingga ruang penelitian di industri komunikasi.
Seperti yang diketahui, BRIEFER adalah platform komunikasi yang merupakan rumah bagi para ahli, professional dan spesialis dalam menyediakan layanan konsultasi untuk Brand, Korporasi, Bisnis, Institusi, Perorangan hingga Pemerintah.
Terkait kerja sama BRIEFER dengan UPJ, Aditya Sani mengatakan bahwa langkah kolaborasi ini diharapkan dapat menjawab tantangan industri di era digital saat ini dan ke depannya. Di mana dibutuhkan kolaborasi antara dunia industri dengan perguruan tinggi untuk bersama membangun kapasitas kemampuan sumber daya manusia melalui pelatihan kerja, transfer knowledge hingga forum diskusi untuk mengatasi kesenjangan keahlian di industri.
“Potensi komunikasi digital sangat luas dan akan berkembang dari tahun ke tahun, salah satunya adalah layanan jasa konsultansi. Oleh karena itu dengan penandatanganan kerja sama ini, BRIEFER bersama Universitas Pembangunan Jaya perlahan membangun kapasitas sumber daya manusia untuk menghasilkan praktisi ahli dalam layanan jasa konsultansi terbaik bagi Brand, Korporasi, Bisnis, Institusi maupun Perorangan.” Jelas Aditya Sani.
Diketahui bahwa tantangan terbesar pemerintah saat ini adalah untuk memperbaiki kesenjangan antara kemampuan dan sistem pendidikan. Hal tersebut ditegaskan oleh Chair of G20 Indonesia Employment Working Group, Anwar Sanusi dalam diskusi B20-G20 Dialogue: Future of Work and Education Task Force, belum lama ini.
Selain itu, berdasarkan data Bank Dunia, Indonesia kekurangan 9 juta tenaga kerja di bidang informasi dan komunikasi teknologi (ICT) dikarenakan tingginya celah atau kesenjangan keahlian (skill gap). Jika skill gap tersebut tidak diatasi, maka Indonesia akan menjadi pasar konsumen besar yang hanya sebatas menggunakan jasa atau mengimpor barang dari luar negeri.
“Kami berharap kerja sama ini dapat mendukung langkah pemerintah untuk meningkatkan keahlian sumber daya manusia baik di kota besar maupun di daerah, dan mengembangkan industri layanan jasa konsultansi lebih baik.” tambah Aditya.
Dalam kesempatan tersebut, Dekan Fakultas Humaniora dan Bisnis UPJ, Clara Evi C. Citraningtyas, menyambut baik kerja sama ini dimana akademisi dan praktisi dapat bersinergi mendorong kompetensi mahasiswa melalui perpaduan ilmu dan praktik sehingga dapat berperan terhadap dinamika industri komunikasi di Indonesia.
“Kerja sama ini sejalan dengan tujuan dari Universitas Pembangunan Jaya untuk menghasilkan lulusan yang ahli, inovatif dan tanggap terhadap perubahan. Kami berharap sinergi ini dapat membantu meningkatkan kualitas akademisi untuk layanan jasa konsultansi dan bidang komunikasi digital lainnya” tutup Clara Evi C. Citraningtyas.