Resmi Ditutup, Kenapa Pengaruh TikTok Shop begitu Besar?

Pengaruh TikTok Shop

Apakah kamu termasuk orang yang suka berbelanja di TikTok Shop? Jika iya, bagaimana perasaanmu setelah ditutupnya TikTok Shop di Indonesia?

Sebagai paltform social e-commerce, TikTok Shop dinilai dapat mengancam UMKM dan iklim e-commerce di Indonesia karena praktik bisnis yang dilakukannya.

Lantas sebenarnya, seberapa besar dampak TikTok Shop dan kenapa dianggap seberpengaruh itu? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, yuk simak uraian berikut ini sampai habis!

Apa itu TikTok Shop?

TikTok merupakan media sosial yang pertama kali dibuat pada tahun 2016 oleh perusahaan asal Tiongkok, ByteDance.

Meskipun sudah lebih dari 7 tahun berjalan, popularitas TikTok baru mulai masif pada tahun 2019. Saking populernya, sebuah media memberitakan bahwa TikTok adalah aplikasi ke-7 yang paling banyak diunduh pada dekade ini.

Awalnya, TikTok hanyalah merambah di ranah media sosial yang berfokus pada produksi konten berupa video berdurasi pendek.

Namun, seiring kepopulerannya terus melojak, TikTok meluncurkan fitur baru bersama TikTok Shop yang memungkinkan pengguna melakukan transaksi jual beli seperti pada platform e-commerce pada umumnya.

Berdasarkan laman resminya, TikTok Shop adalah sebuah fitur social e-commerce di mana para penggunanya bisa mempromosikan dan menjual produk dagangannya sekaligus.

Akan tetapi, pada Hari Rabu, 4 Oktober 2023 lalu, TikTok Shop secara resmi menghentikan operasionalnya di Indonesia.

Kenapa TikTok Shop Ditutup?

Perhentian ini disebabkan oleh masalah perizinan, di mana TikTok hanya mengantongi izin di Indonesia sebagai media sosial, bukan platform e-commerce.

Sementara itu, jika ingin digunakan untuk berdagang, TikTok Shop harus mengantongi izin berdagang sesuai aturan hukum Indonesia.

Dampak TikTok Shop bagi Iklim Berbelanja di Indonesia

Sebenarnya, apa, sih, dampak TikTok Shop bagi iklim berbelanja di Indonesia?

Sejak kemunculan fitur berbelanja, TikTok makin banyak digandrungi, terutama oleh anak muda. Hal ini menyebabkan adanya perubahan perilaku konsumen dalam berbelanja.

Sebelum adanya TikTok Shop, pengguna internet di Indonesia mungkin awalnya ingin membeli suatu produk karena adanya influence dari media sosial.

Kemudian, mereka harus berganti aplikasi e-commerce untuk membeli barang yang mereka inginkan, seperti Shopee, Tokopedia, hingga Lazada.

Namun, setelah adanya TikTok Shop, pengguna bisa lebih mudah ter-influence melalui konten berupa video promosi di TikTok untuk kemudian membelinya di TikTok Shop.

Alhasil, hal ini pun membuat TikTok Shop lebih banyak dipilih oleh pengguna untuk berbelanja online dibanding platform e-commerce lainnya.

Di beberapa negara Asia Tenggara, seperti Indonesia, Thailand, dan Filipina, dilaporkan bahwa terdapat penurunan pengeluaran pengguna Shopee sebanyak 51% karena alokasinya pindah ke TikTok Shop. Selain Shopee, Lazada juga mengalami penurunan serupa, yaitu sebesar 45%.

Lebih lanjut, tak hanya platform e-commerce, gerai offline juga dilaporkan mengalami penurunan pendapatan hingga 38%.

Baca juga: Fighter Brand Strategy: Perlukah Perusahaanmu Melakukannya?

Alasan Besarnya Pengaruh TikTok Shop

Kenapa TikTok begitu digandrungi bahkan bisa mengancam iklim e-commerce di Indonesia? Setidaknya, ada 4 alasan yang bisa menjawab pertanyaan tersebut, yaitu:

1. Memanfaatkan Algoritma

Setiap platform media sosial tentunya memiliki algoritma, tidak terkecuali TikTok. Sebagai social e-commerce, algoritma dari platform ini memungkinkan market intellegence mengarahkan konsumen ke produk yang mereka hasilkan.

Hal ini berarti, TikTok mampu mengatur, mengurutkan, menampilkan, serta menonjolkan konten-konten promosi produk yang mereka inginkan. Alhasil, produk hasil UMKM pun bisa kalah bersaing.

2. Bisa Tahu Pola Pembelian Konsumen

Karena algoritmanya juga, TikTok Shop dapat melihat bagaimana pola pembelian konsumen melalui data-data yang mereka dapatkan.

Melalui data tersebut, mereka dapat mengetahui dan memahami apa produk yang paling disukai pembeli di Indonesia berdasarkan tingkat harganya.

3. Predatory Pricing

Ancaman terbesar dari eksistensi TikTok Shop adalah predatory pricing. Predatory pricing merujuk pada penetapan harga suatu produk yang terlalu rendah di pasaran sehingga menghilangkan persaingan dan merusak harga pasaran.

Pasalnya, barang-barang di TikTok Shop dijual dengan harga yang jauh lebih murah daripada pedagang offline, bahkan platform marketplace lainnya.

Hal ini pun akhirnya membuat orang-orang lebih memilih berbelanja melalui TikTok Shop alih-alih e-commerce lain dan toko offline.

Lebih lanjut, sebagian besar produk murah yang dijual di TikTok Shop berasal dari luar negeri. Mereka diduga menjual produk tersebut dengan harga murah karena adanya subsidi dari TikTok. Alhasil, produk-produk UMKM pun tak mampu bersaing di pasaran.

Akan tetapi, dugaan ini dibantah oleh pihak TikTok Indonesia. Mereka mengatakan bahwa TikTok tidak dapat menentukan harga produk.

Baca juga: Bolehkah Menerapkan Strategi Upselling dan Cross-selling Untuk Bisnis?

Demikianlah penjelasan mengenai besarnya pengaruh TikTok Shop hingga dapat mengancam UMKM dan platform e-commerce lainnya.

Jika kamu tertarik untuk membaca insight lain seputar bisnis dan ilmu komunikasi, yuk kunjungi website Stories from BRIEFER dan nantikan terus update artikel selanjutnya!