Meme telah menjadi budaya di era digital yang dapat ditemukan di semua platform media sosial, garda terdepan pemasaran banyak bisnis. Menurut sebuah studi oleh YPulse, sekitar 75% generasi milenial saat ini berbagi meme dan 38% mengikuti akun meme di media sosial. Kemunculan meme sebagai sebuah alat, memudahkan pelaku bisnis untuk mendatangkan banyak audiens dalam kegiatan pemasarannya.
Meme Marketing, begitulah sebutan dari strategi pemasaran satu ini. Meme marketing dapat didefinisikan sebagai penggunaan meme untuk mempromosikan sebuah merek. Strategi ini dinilai efektif dan menyenangkan untuk terhubung dengan audiens serta memberi kesempatan untuk terlibat dengan perasaan audiens.
Meme sangat lucu, menghibur, dan mudah untuk dikonsumsi. Meme tidak menganut plagiarism, karena bersifat siapa saja dapat menggunakannya dengan bebas, menyesuaikannya dengan konten brand yang menarik target konsumen.
Kemampuan memahami tren yang sedang ramai di antara target pasar di dunia maya merupakan skill yang perlu dimiliki tim komunikasi. Misalnya isu sosial apa yang sedang banyak dibicarakan, frasa kata apa yang sedang populer, dan bahkan berbagai karakter yang sedang banyak dibahas.
Tidak hanya mengenali meme yang akan digunakan. Sama seperti strategi marketing media sosial lainnya, sebuah brand harus paham dengan karakter dan kebiasaan target konsumen yang dituju. Mulai dari keinginan hingga preferensi konsumen. Melalui cara tersebut, penggunaan meme akan menjadi lebih efektif karena dapat dipastikan sesuai dan relevan dengan selera dari target konsumen.
Meme dianggap sebagai strategi marketing serta alat komunikasi visual yang kuat dengan konsep yang relevan, langsung, dan ringan. Biaya produksi yang murah, dapat menunjukkan sisi kemanusiaan sebuah brand, dan secara instan memberikan umpan balik. Sebagai hasil dari banyak kolaborasi dan penggunaannya yang timeless, Meme sangat efektif digunakan sebagai strategi pemasaran masa kini.